Mohon tunggu...
Nurlaely  Iza
Nurlaely Iza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Analisis Novel "Sabtu Bersama Bapak"

26 Februari 2018   10:11 Diperbarui: 26 Februari 2018   10:39 13454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"... "Mamah selalu gak mau kita bantu. Padahal itu cara kita untuk berterima kasih kepada Mamah. Ngurangin beban Mamah,"

Ibu Itje berhenti menggendong Ryan dan menatap kedua anaknya.

"Kita udah bahas ini berkali-kali. Kalian ingin support Mamah. Nyatanya Mamah juga mampu, kok. Malah lebih mampu dari kalian." ..." (halaman 84)

"Dan di keluarga kita, kita gak nyusahin orang lain." (halaman 85)

                        Hingga akhirnya Cakra mau menuruti apa yang dimita sang ibu. Cakra di kenalkan dengan gadis yang bernama Retna. Gadis itu tak lain adalah Ayu, gadis yang menarik perhatian Cakra beberapa bulan terakhir. Ayu adalah wanita yang cantik, lembut, sopan, santun dan penyayang.

"... Retna memang cantik. Tapi ia berhasil mencuri perhatian dari caranya berinteraksi dengan sang ibu dan keponakan. Santun dan penuh senyuman. Jauh berbeda dengan tipikal anak yang kesal setiap kali diajak orangtua pergi ke resepsi pernikahan. Jauh berbeda dari tipikal anak muda yang terus memperhatikan HP-nya. Cucu Bu Tyas menangis saat prosesi berlangsung dengan sigap Retna mencoba menenangkan anak kecil itu. Ibu Itje melihat betapa pantas dan halusnya Retna. Kecantikan fisik Retna dalam ruangan akad nikah ini kalah oleh kecantikan batinnya sendiri."(halaman 36)

Dalam novel ini, Adhitya Mulya juga memasukkan kepribadian dirinya yang humoris dalam diri Cakra Garnida. Adhitya Mulya memang selalu memasukkan sosok pria protagonis, humoris dan salah tingkah di depan perempuan yang dia suka. Seperti Agus dalam novelnya yang berjudul "Jomblo", Cakra dalam Novel Sabtu Bersama Bapak, dan Gege dalam Novel Gege Mengejar Cinta. Novel Sabtu Bersama Bapak ini adalah novel terlama yang ia tulis.

Kisah dalam novel ini berlatarkan Kota Kembang Bandung, Kota Metropolitan Jakarta dan Kota Karlsunde, Denmark. Mengambil latar sosial yang sederhana, Adhitya Mulya menuliskan detail secara jelas dan ringkas. Kota Bandung yang sejuk tergambar pada setiap latar yang tersurat. Suasana tegang, haru dan bahagia juga tak jarang muncul menghiasi rangkaian cerita. Berikut kutipan-kutipan latar termpat, suasana, dan waktu.

"Selepas subuh. Udara pagi di daerah Sukajadi, Bandung, memang masih segar pada waktu seperti ini. Lingkungan di sana asri dan hijau, penuh dengan pepohonan dan jalanan yang sepi. Beberapa warga tampak berlari pagi. Ibu Itje duduk di bangku taman, di samping rumahnya, ditemani secangkir teh panas. Sekilas, banyak yang akan bertanya bagaimana seorang janda beranak dua yang tidak pernah menikah lagi, dapat tinggal di lingkungan seperti ini. Karena memang harus diakui, ini bukan lingkungan yang terjangkau oleh banyak kalangan. Jawabannya datang dari tiga hal: perencanaan sang suami, kecerdasan sang istri, dan izin dari yang Di Atas." (halaman 29)

"Minggu sore pada pertengahan September, 2016. Hari yang penuh dengan hujan, angin, dan awan tebal di tengah laut ini. Tipikal tahun dan area yang selalu dihindari nelayan. Badai yang menghantam Laut Utara menghalangi di atas perairan yang kaya kandungan minyak ini. Mathilde II mengapung dan mengalun beberapa sentimeter ke kiri dan ke kanan, dengan elegan menyerap energy yang badai itu hempaskan padanya. Mathilde II adalah salah satu kilang minyak milik Norse Oil og Gas (NOG) yang memiliki struktur baik dan lentur. Secara spesifik didesain untuk lentur mengikuti badai." (halaman 23)

"Awal September, 2016. Minggu pagi yang cerah di kawasan perumahan Jatipadang, Jakarta Selatan. Cukup cerah untuk membuat suasana ceria, tapi tidak cukup panas untuk membuat orang mandi keringat---kecuali bagi mereka yang mandinya memang memakai keringat." (halaman 9)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun