agar gelap tak menakutkanku tapi memberi kedamaian
Memberi senyum terindah dan menguatkan kala ceritaku mulai berjudul resah
Mak, baru tiga hari berselang aku mengunjungimu dengan membawa serta tiga anakku juga suamiku. Tetapi apa dirinu tahu, aku sudah rindu. Rindu senyummu, rindu melihat semua tentangmu. Rindu beradu pipi dengan pipimu yang kerutnya mulai bertambah satu, rindu mencium tanganmu, rindu menangis dalam pelukmu. Tapi apa kau tahu rindu yang paling di hatiku adalah rindu omelanmu.
Omelan yang membuat aku selalu menangis seperti hujan, betapa apa yang kau curahkan hanya berjudul satu yaitu cinta. Omelan yang selalu membuat nyaliku menciut, namun membuatku merasa dicintai.
Dua anakku adalah perempuan seperti aku dan dirimu, Mak. Kurasa dia mewarisi kecantikanmu, kelambutanmu dan maaf sedikit tertular sifat nakalku. Kuharap kau tidak marah, karena katamu itu yang membuat aku berbeda dengan anak lainnya.
Berterimakasih padamu tidak untuk hari ini, tetapi di setiap waktu yang kulalui. Dalam kenang dalam doa selepas sembahyang, kusemat namamu berulang. Aku tak sebaik dan setulus dirimu dalam mencintai tapi aku akan selalu berusaha menjadi apa yang kau pinta dalam seribu doamu.
Apa kau tahu, Mak? Aku masih mengingat syair lagu yang diajarkanmu kala aku duduk di kelas satu dulu.
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya membari tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia