Mohon tunggu...
Nurlaeli Mutamariah
Nurlaeli Mutamariah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Karawang Barat

Penulis pemula, ingin mencoba dan mencoba sesuatu yang baru...

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kiat-kiat Jitu Mengelola Keuangan di Tengah Badai Korona

21 April 2020   11:40 Diperbarui: 21 April 2020   11:49 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiat-kiat Mengelola Keuangan di Tengah Badai Korona (Sumber Gambar: liputan6.com)

Sejak Presiden Republik Indonesia JokoWidodo mengumumkan wabah covid 19 masuk ke Indonesia Senin, 2 Maret 2020, bangsa Indonesia mulai dilanda kepanikan. Bumi pertiwi berguncang, kita merasa percaya atau tidak percaya. Lho kok bisa? Tentu bisalah yang namanya manusia makhluk sosial, berinteraksi dengan sesama. Tidak hanya dengan bangsa Indonesia  tetapi bisa pula berinteraksi dengan bangsa lain. Baik di negara kita maupun di luar negeri.

Wabah ini masuk ke Indonesia diketahui dari adanya WNI yang terinfeksi virus corona 2 Maret 2020 yang langsung diumumkan oleh Presiden kita Joko Widodo. Ini awal kondisi kita memasuki kekhawatiran dan ketidakpastian karena tidak tahun kapan berakhir. Mudah-mudahan badai ini segera berlalu baik dari bumi pertiwi maupun dari bumi ini.

Kita, bangsa Indonesia merasa panik karena penyebaran virus ini begitu cepat. Sungguh sangat mengkhawatirkan. Setiap hari yang terkonfirmasi bertambah. ODP, PDP, pasien positif, bahkan yang meninggal jumlahnya cukup signifikan. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah OTG (Orang tanpa Gejala), dia tidak terlihat sakit dan dengan mudah bisa menularkan virus ini.

Kondisi ini mempengaruhi banyak sektor baik itu sektor pendidikan, keagamaan,perekonomian, sosial, politik, dsb. Imbas pada sektor perekonomian adalah terguncangnya stabilitas sistem keuangan (SSK) internasional, nasional, maupun personal. Indonesia negara kita tercinta juga  mengalami resesi. Situasi seperti ini menimbulkan kekhawatiran akan perekonomian ke depan terutama Indonesia dan umumnya negara-negara lain. Kita perlu menyusun strategi dan melakukan tindakan yang cerdas untuk membantu pemerintah dalam mengelola keuangan supaya tetap stabil atau tidak terpuruk. Terutama saudara kita yang perekonomianya menengah ke bawah dan saudara kita yang perekonomiannya terpuruk akibat pandemi ini.

Kita sebagai bangsa Indonesia yang beragama menghadapi semua ini, harus tetap tenang, logika tetap jalan. Jangan panik tetapi waspada perlu. Kita harus bisa mengelola emosi dengan baik. Diantaranya: tetap iklas dan sabar, yakin Allah akan menolong kita dengan mempertebal iman, positif thingking, berempati kepada orang lain, menolong orang yang kesusahan.

Di samping itu kita juga harus cerdas menghadapi keterpurukan ekonomi masyarakat yang terdampak. Cerdas dengan melakukan tindakan-tindakan yang membantu pemerintah supaya perekonomian kita tidak anjlok. 

Saya bukan pakar agama, bukan pakar ekonomi, bukan pakar sosiologi, dan bukan pula pakar pendidikan sehingga belum bisa mengedukasi masyarakat akan pentingnya melakukan tindakan-tindakan yang cerdas untuk menjaga stabilitasi sistem keuangan. Saya baru bisa mengedukasi diri sendiri dan mencoba mengedukasi keluarga. Hanya dengan tulisan ini barangkali saya mencoba mengedukasi masyarakat.

Nah di sini saya memberikan kiat-kiat jitu menghadapi masalah ini.. Tentu saja tindakan-tindakan yang cerdas mengelola keuangan untuk menjaga SSK Indonesia.

Masyarakat yang tergolong mampu di samping tetap mempertebal keimanan juga harus taat kepada pembuat kebijakan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah demi kebaikan kita, bangsa Indonesia. Protokol-protokol pemerintah harus tetap dilaksanakan dengan baik. Tetap tegar, jangan panik, iklas, dan sabar.

Masyarakat yang perekonomiannya cukup kuat atau dengan kata lain masyarakat menengah ke atas, yang masih bisa menggunakan dananya secara leluasa atau mungkin kelompok yang kebutuhannya sudah tercukupi harus bisa mengelola dananya secara personal yaitu dengan membuat anggaran sesuai badget. Buat skala priorotas kebutuhan yang pokok harus terpenuhi sedangkan kebutuhan lain-lain yang kurang penting bisa diabaikan. Kita harus bisa berempati pada masyarakat yang terdampak sehingga kita cerdas menggunakan dana untuk keperluan.

Selain itu, masyarakat kelompok ini harus menyisihkan dana yang diterima untuk zakat atau sedekah bagi masyarakat yang kurang mampu akibat kondisi ini. Niatkan dalam hati secara iklas kita akan membantu saudara-saudara kita dengan dana yang kita sisihkan sebelum menggunakan dana untuk kebutuhan keluarga inti kita. Insyaallah rezeki kita tidak akan berkurang malah bertambah.

Membantu saudara-saudara kita yang terdampak bisa berbagai cara. Dalam skala besar kita bisa menyumbang lewat rekening-rekening yang banyak dikelola organisasi-organisasi seperti stasiun televisi. Bisa pula kita membayar zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf melalui LAZISNU (Lembaga Amil Zakat Nasional Infak, dan Sadaqah Nahdlatul Ulama) atau BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) secara daring.

Membantu saudara-saudara kita dalam skala kecil, bisa membantu secara gabungan bisa dengan saudara, tetangga, atau rekan kerja. Ini caranya kita memberdayakan masyarakat yang terdampak sehingga ada yang kehilangan pekerjaan dan sekaligus kehilangan pendapatan, ada yang pendapatannya berkurang, dsb. Memberdayakan masyarakat tersebut dengan membeli sesuatu atau memesan sesuatu untuk disumbangkan baik pangan maupun barang-barang lainnya.

Ingat jangan kita mentang-mentang banyak dana karena panik takut tidak bisa hidup ke depannya, terus memborong barang-barang atau sembako secara berlebihan (panic buying), kalau untuk disumbangkan bagus tetapi untuk keluarga sendiri? Wah itu bukan bijak dan tidak cerdas. Belilah barang-barang yang kita perluakan untuk 2-3 hari ke depan. Aksi borong itu menyusahkan orang lain, orang kecil mau membeli masker dan gula pasir saja misalnya tidak ada karena menghilang dari pasaran. Kalaupun ada harganya melambung. Banyak orang menimbun barang untuk berspekulasi? Berempatikah kita?

Satu lagi yang harus kita hindari, jangan mengambil tabungan di bank sebanyak-banyaknya atau diambil semuanya secara massal (rush money), ini perilaku panik juga. Kita tidak membantu pemerintah, berarti kita masuk dalam bagian masalah bukan solusi.

Dalam masa ini, kita harus tinggal di rumah. Ingat jangan bepergian atau piknik ke tempat wisata untuk mengisi liburan, ini bukan liburan tetapi sekolah di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah untuk memotong atau memangkas mata rantai penyebaran covid 19.

Sedangkan untuk masyarakat terdampak alias masyarakat kurang mampu atau masyarakat menjadi tidak mampu ada juga kiat-kiat khusus. Masyarakat kelas ini tidak boleh panik harus tetap tegar, logika tetap jalan di samping tetap iklas dan sabar dengan mempertebal iman kepada Allah SWT. Mengapa? Karena Allah mempersiapkan kelapangan di tengah kesempitan, mempersiapkan kemudahan di tengah kesusahan. Kita harus yakin, Allah bersama kita.

Di samping itu kita juga harus taat pada anjuran pemerintah. Laksanakan protokol-protokol yang telah dibuat pemerintah, ingat sesulit apapun kita harus tetap disiplin. Demi kebaikan bersama, bangsa Indonesia.

Kiat yang lainnya, kita jangan menunggu bantuan-bantuan dari pemerintah seperti bantuan sosial, jaringan pengaman sosial, atau istilah masa pandemi yaitu stimulus-stimulus. Namanya juga bantuan tidak bisa menjamin kebutuhan hidup kita sepenuhnya. Kita tetap harus cari solusi supaya mendapatkan penghasilan di tengah wabah ini. Kita harus tetap bertahan hidup, panik dan mengeluh bukanlah solusi, itu namanya masalah. Saya ambil istilah dai kondang kita Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Kita harus menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari masalah.

Dapat bantuan disyukuri dan dikelola dengan baik, jangan dikomentari negatif. Tidak dapat bantuan ya disyukuri juga, mungkin kita dianggapnya mampu sehingga tidak layak dibantu. Agama mengajarkan kita bahwa tangan yang di atas jauh lebih baik daripada tangan yang di bawah. Jadi segala sesuatu kita syukuri. Berprasangka baiklah selalu. Maaf bukan berarti menyudutkan masyarakat yang menerima bantuan.

Solusi yang lainnya, kita sekeluarga harus membuat lapangan pekerjaan bagi keluarga inti kita, misalnya membuat makanan untuk dijual atau menerima order dari orang yang mau membagi makanan atau sembako, mungkin. Yang bisa menjahit bisa menerima order membuat masker atau membuat APD. Bisa juga membuat sanitizer kemudian dijual dengan harga standar. Berjualan daring bisa dilaksanakan. Banyak orang yang menginspiratif ditayangkan ditelevisi. Ikuti mereka.

Kalau kita sudah mendapatkan penghasilan tetap untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga sambil berusaha bisa membantu orang lain sesuai kemampuan atau pendapat kita. Alhamdulillah kita bisa menghidupi keluarga secara mandiri dan membantu orang lain.

Satu lagi cara cerdas untuk siswa yang belajar daring kurang lebih sudah satu bulan, bijaklah kalian menggunakan kuota internet kalian. Kuota digunakan hanya untuk belajar daring, chatting-chatting yang tidak penting ditinggalkan dulu kecuali chatting-chatting dengan guru kalian yang membantu belajar kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun