Mohon tunggu...
Nurlaeli Mutamariah
Nurlaeli Mutamariah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Karawang Barat

Penulis pemula, ingin mencoba dan mencoba sesuatu yang baru...

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kiat-kiat Jitu Mengelola Keuangan di Tengah Badai Korona

21 April 2020   11:40 Diperbarui: 21 April 2020   11:49 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiat-kiat Mengelola Keuangan di Tengah Badai Korona (Sumber Gambar: liputan6.com)

Membantu saudara-saudara kita yang terdampak bisa berbagai cara. Dalam skala besar kita bisa menyumbang lewat rekening-rekening yang banyak dikelola organisasi-organisasi seperti stasiun televisi. Bisa pula kita membayar zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf melalui LAZISNU (Lembaga Amil Zakat Nasional Infak, dan Sadaqah Nahdlatul Ulama) atau BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) secara daring.

Membantu saudara-saudara kita dalam skala kecil, bisa membantu secara gabungan bisa dengan saudara, tetangga, atau rekan kerja. Ini caranya kita memberdayakan masyarakat yang terdampak sehingga ada yang kehilangan pekerjaan dan sekaligus kehilangan pendapatan, ada yang pendapatannya berkurang, dsb. Memberdayakan masyarakat tersebut dengan membeli sesuatu atau memesan sesuatu untuk disumbangkan baik pangan maupun barang-barang lainnya.

Ingat jangan kita mentang-mentang banyak dana karena panik takut tidak bisa hidup ke depannya, terus memborong barang-barang atau sembako secara berlebihan (panic buying), kalau untuk disumbangkan bagus tetapi untuk keluarga sendiri? Wah itu bukan bijak dan tidak cerdas. Belilah barang-barang yang kita perluakan untuk 2-3 hari ke depan. Aksi borong itu menyusahkan orang lain, orang kecil mau membeli masker dan gula pasir saja misalnya tidak ada karena menghilang dari pasaran. Kalaupun ada harganya melambung. Banyak orang menimbun barang untuk berspekulasi? Berempatikah kita?

Satu lagi yang harus kita hindari, jangan mengambil tabungan di bank sebanyak-banyaknya atau diambil semuanya secara massal (rush money), ini perilaku panik juga. Kita tidak membantu pemerintah, berarti kita masuk dalam bagian masalah bukan solusi.

Dalam masa ini, kita harus tinggal di rumah. Ingat jangan bepergian atau piknik ke tempat wisata untuk mengisi liburan, ini bukan liburan tetapi sekolah di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah untuk memotong atau memangkas mata rantai penyebaran covid 19.

Sedangkan untuk masyarakat terdampak alias masyarakat kurang mampu atau masyarakat menjadi tidak mampu ada juga kiat-kiat khusus. Masyarakat kelas ini tidak boleh panik harus tetap tegar, logika tetap jalan di samping tetap iklas dan sabar dengan mempertebal iman kepada Allah SWT. Mengapa? Karena Allah mempersiapkan kelapangan di tengah kesempitan, mempersiapkan kemudahan di tengah kesusahan. Kita harus yakin, Allah bersama kita.

Di samping itu kita juga harus taat pada anjuran pemerintah. Laksanakan protokol-protokol yang telah dibuat pemerintah, ingat sesulit apapun kita harus tetap disiplin. Demi kebaikan bersama, bangsa Indonesia.

Kiat yang lainnya, kita jangan menunggu bantuan-bantuan dari pemerintah seperti bantuan sosial, jaringan pengaman sosial, atau istilah masa pandemi yaitu stimulus-stimulus. Namanya juga bantuan tidak bisa menjamin kebutuhan hidup kita sepenuhnya. Kita tetap harus cari solusi supaya mendapatkan penghasilan di tengah wabah ini. Kita harus tetap bertahan hidup, panik dan mengeluh bukanlah solusi, itu namanya masalah. Saya ambil istilah dai kondang kita Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Kita harus menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari masalah.

Dapat bantuan disyukuri dan dikelola dengan baik, jangan dikomentari negatif. Tidak dapat bantuan ya disyukuri juga, mungkin kita dianggapnya mampu sehingga tidak layak dibantu. Agama mengajarkan kita bahwa tangan yang di atas jauh lebih baik daripada tangan yang di bawah. Jadi segala sesuatu kita syukuri. Berprasangka baiklah selalu. Maaf bukan berarti menyudutkan masyarakat yang menerima bantuan.

Solusi yang lainnya, kita sekeluarga harus membuat lapangan pekerjaan bagi keluarga inti kita, misalnya membuat makanan untuk dijual atau menerima order dari orang yang mau membagi makanan atau sembako, mungkin. Yang bisa menjahit bisa menerima order membuat masker atau membuat APD. Bisa juga membuat sanitizer kemudian dijual dengan harga standar. Berjualan daring bisa dilaksanakan. Banyak orang yang menginspiratif ditayangkan ditelevisi. Ikuti mereka.

Kalau kita sudah mendapatkan penghasilan tetap untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, kita juga sambil berusaha bisa membantu orang lain sesuai kemampuan atau pendapat kita. Alhamdulillah kita bisa menghidupi keluarga secara mandiri dan membantu orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun