"Hantu....", mereka berteriak sambil berlari menuju pohon tempat Anggrek tumbuh, berharap mereka menemukan pertolongan.
      Suara itu terus mengikuti sampai akhirnya mereka tiba di pohon besar yang rindang. Di bawah pohon itu mereka semua bertiarap sambil menutup mata mereka karena ketakutan.
      "Wahai anak-anak..", ucap suara misterius itu.
      "Jangan makan aku, jangan makan aku...!", ujar Ibra menahan takut berharap tidak dimakan sosok misterius itu.
      "Ibra, diam.. bacalah doa!", sahut Galih menenangkan Ibra.
Suara misterius itu terdengar semakin keras, seakan tempatnya semakin mendekati anak-anak yang sedang tiarap ketakutan. "Jangan rusak pohon ini, jangan rusak bunga ini, jangan rusak hutan ini, hutan ini adalah rumaku..!", ungkap suara misterius itu.
      "Jangan-jangan suara itu.., adalah......!", Ibra menangis sesengukan sambil menahan takut.
      "Ibra jangan gitu.., aku tambah takut...", sahut Nafiza.
      "Ha ha ha... untuk apa kalian ke sini?", suara misterius itu kembali terdengar semakin dekat.
      "Kami ke sini hanya untuk melihat bunga Anggrek bulan dan mengambil gambar, bukan untuk merusak pohon atau hutan", ucap Adhin mencoba memberanikan diri menjawab suara misterius itu.
      "Oh kalau begitu boleh, silahkan saja melihat bunga itu., ha ha ha", suara misterius itu mempersilahkan mereka.