mengenang pengorbanannya?" kata si kawan dalam sebuah percakapan grup sosmed.
"Kalian kurangBicara tentang pengorbanan, tidak ada ukuran pasti untuk itu, semuanya masuk dalam kurva relative, dari mana sudut pandang kita, serta bagaimana cara kita memandangnya.Â
Mengenang pengeorbanan, kurang? Itu bagaimana? Bagaimana itu yang dikatakan kurang mengenang pengorban?Â
Mengenang pengorbanan bagaimana yang lebih? Bagaimana mengenang pengorbanan dikatakan kurang? Bisa dijelaskan secara lebih rinci lagi?
Pendapatnya pasti berbeda. Kita tidak satu suara dalam mendefenisikan pengorbanan. Jika kategori demikian adalah kurang menurut Sebagian, its okay. Bagi saya tidak.Â
Selama berada disana, besar memang bantuannya terhadap kita. Menerima kita secara ikhlas, memberi banyak pengalaman yang tidak akan kita temukan ditempat lain.Â
Jasa mereka terhadap kita selama disana sangat tidak terbalaskan dengan pundi-pundi rupiah. Tidak ada tuntutan harus ini harus itu, kita benar-benar bebas berinovasi tanpa takut hambatan pikiran dangkal.
Mereka melakukan yang terbaik, kita juga demikian. Datang ke sana dengan tangan kosong, setidaknya nya sedikit kenang-kenangan bisa kita berikan walau tidak seberapa.Â
Kita tidak hanya menerima, tapi juga memberikan Feedback meskipun kiranya tidak setimpal. Selalu ada kesalahan yang mengiringi Langkah, itu pasti. Dari sanalah kita belajar, dari kesalahan selama melangkah.
Hubungan selanjutnya, anggaplah keramahtamahan basa-basi. Tidak perlu merasa terlalu akrab, nanti larinya ke menyusahkan.Â
Itu yang ditakutkan, harus selalu di jaga jangan terlalu dalam segala hal ada Batasan dalam hidup.Â
Jika memang tetap ingin berkunjung, its okay dengan catatan jangan menyusahkan.Â
Semuanya pasti sudah tidak sama lagi, yang tidak bisa datang bukan berarti sombong.Â
Bicara sombong, di mana letak kedudukan kata itu saat dua manusia berpapasan melakukan kontak mata, lalu bertingkah seolah tidak melihat apa-apa.Â
Atau dalam kasus lain, salah seorang di antara keduanya sudah memulai interaksi dengan senyum setelah melakukan kontak mata tapi dibalas dengan buang muka, kan bulshit.Â
Gak usah ngomong soal solidaritas jika sudah demikian. Aku benar-benar benci demikian. Tidak artinya bagiku. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H