"Eh, sebenarnya kamu masih SMA? umurmu berapa sih, Dek ?" Tanyanya.Â
"Delapan belas tahun kak, SMA tahun akhir. kakak?"Â
"Loh, iya? Saya juga delapan belas. Desember nanti sembilan belas. Â Hehehe."Â
"Aku delapan belas aja baru Juli kemarin loh. Valid. Kakak tetap lebih tua, wkwkwk. " Aku kekeh, sudah bisa mengimbangi percakapan.Â
" Hahahah, tua kali pun. Udah semester 3 malah."Â
"Lah, kak, trik supaya dapat masuk fakultas impian gimana kak?" Aku merengek.Â
Mengalirlah cerita demi cerita. Pengalaman memang selalu menjadi hal terbaik. Berbincang dengan dia, pengalaman paling berkesan dalam hidupku.Â
 Aku tersentak saat dia mulai menangis, mengenang masa-masa saat dia berjuang berebut kursi di perguruan tinggi.Â
"Kakak, nangis yah?" Percakapan terhenti dua menit ke depan. Hanya terdengar isak tangisnya.Â
"Hanya nostalgia Dek, itu benar-benar tahun yang penuh sesak." Kenangnya.Â
"Maaf ya kak, aku tidak bermaksud untuk mengungkit semuanya." Ucapku menyesal. Siapa pula aku sampai harus membuat dia mengingat semua hari-hari buruk di tahun yang penuh sesak itu baginya.Â