Mohon tunggu...
Khof H
Khof H Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Mari menjadi tidak sederhana!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Asing Jadi Penting, Saat Kata Peduli Memainkan Perannya!

31 Oktober 2020   22:53 Diperbarui: 1 November 2020   03:39 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sumber : canva.com

Halo pembaca setia Kompasiana, apa cerita? 

Apa hanya aku yang percaya bahwa orang baik itu masih banyak di muka bumi ini? 

Maksudku, tentu saja di luar konteks keluarga tercinta. Orang asing. Yah, orang asing yang baik. 

Sungguh, aku sangat merasa beruntung bisa dipertemukan dengan mereka. 

"Kakak, nangis yah?" Percakapan terhenti dua menit ke depan. Hanya terdengar isak tangisnya. 

"Hanya nostalgia Dek, itu benar-benar tahun yang penuh sesak." Kenangnya. 

"Maaf ya kak, aku tidak bermaksud untuk mengungkit semuanya." Ucapku menyesal. Siapa pula aku sampai harus membuat dia mengingat semua hari-hari buruk di tahun yang penuh sesak itu baginya. 

Yah. Aku hanyalah seorang yang beruntung bisa bertemu dengan Dia di salah satu grup kepenulisan online melalui aplikasi WhatsApp. 

Di sanalah, orang asing memainkan peran kata peduli dengan sangat baik. Aku menemukan mereka. 

Semua orang di sana benar-benar berbeda dengan orang yang biasa aku jumpai dalam kelas kepenulisan online yang lain. 

Akrab. Sangat akrab. Lagi-lagi karena kata peduli. Dari merekalah, terkhusus mulai dari dirinya aku belajar banyak hal. Masa-masa sulit dan makna peduli yang sesungguhnya. 

Kejadiannya setahun yang lalu. Aku ingat betul Desember nanti usinya dua puluh tahun. 

Pada saat itu aku masih duduk di bangku SMA. Kelas akhir. Sedangkan dia mahasiswi tahun kedua di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Usiaku 18 tahun kala itu saat berbincang dengannya. Berbincang? Iya. Lewat ponsel tentu saja. Kami tidak pernah bertemu tapi rasanya sudah kenal akrab sekali karena kata peduli tadi. Aku berharap bisa bertemu dengannya suatu saat nanti. Bercerita tentang betapa beruntungnya aku menemukan Mereka. 

Setelah kelas kepenulisan berakhir, biasanya para member atau anggota grup akan keluar dari grup di WhatsApp tersebut, biasanya begitu karena memang sudah selesai. Tutup buku. 

 Tapi ini berbeda. Setelah kelas berakhir bukannya bubar malah menjadi keluarga kedua untuk semua member. Tempat berbagi yang sempurna. 

Tutt... Tutttt...tutt...📱 ponselku lalu berdering. Panggilan masuk. Dari siapa malam-malam begini. Belum terlalu larut sih, pukul 20.38  WIB masih malam yang muda bukan? 

Ternyata dari dia. Yah, mahasiswi tahun kedua yang membuat aku menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. 

"Assalamu'alaikum dek, ini kakak, selamat yah wihh keren mah kamu. Hebat." Pujinya. 

Aku tentu saja mengerti maksud pujian itu. Di grup kepenulisan ups...mantan maksudnya, ramai ucapan selamat untukku. Kami sudah biasa berbagi keseharian dan pencapaian kecil, seperti keluarga bukan ? Aku hanya terkekeh saat dia meneleponku. Tentu saja telpon pertama dan terakhir kalinya. Biasanya semua member hanya mengirimkan pesan saja untuk komunikasi. Tapi dia memang berbeda. 

"Kok, ngekeh kau? Isss...ini secara eksklusif ucapan langsung buat Adekku dari grup kita (menyebutkan nama grup WhatsApp) yang sudah membanggakan semua. Pesan aja gak cukup dong!" Tambahnya. 

Aku hanya basa-basi ria menyambut kalimatnya. Apa pula yang mau aku katakan? Tapi dia dengan segala hal dalam dirinya bisa membawa perbincangan lebih ringan dan Klopp. 

"Eh, sebenarnya kamu masih SMA? umurmu berapa sih, Dek ?" Tanyanya. 

"Delapan belas tahun kak, SMA tahun akhir. kakak?" 

"Loh, iya? Saya juga delapan belas. Desember nanti sembilan belas.  Hehehe." 

"Aku delapan belas aja baru Juli kemarin loh. Valid. Kakak tetap lebih tua, wkwkwk. " Aku kekeh, sudah bisa mengimbangi percakapan. 

" Hahahah, tua kali pun. Udah semester 3 malah." 

"Lah, kak, trik supaya dapat masuk fakultas impian gimana kak?" Aku merengek. 

Mengalirlah cerita demi cerita. Pengalaman memang selalu menjadi hal terbaik. Berbincang dengan dia, pengalaman paling berkesan dalam hidupku. 

 Aku tersentak saat dia mulai menangis, mengenang masa-masa saat dia berjuang berebut kursi di perguruan tinggi. 

"Kakak, nangis yah?" Percakapan terhenti dua menit ke depan. Hanya terdengar isak tangisnya. 

"Hanya nostalgia Dek, itu benar-benar tahun yang penuh sesak." Kenangnya. 

"Maaf ya kak, aku tidak bermaksud untuk mengungkit semuanya." Ucapku menyesal. Siapa pula aku sampai harus membuat dia mengingat semua hari-hari buruk di tahun yang penuh sesak itu baginya. 

"Kamu harus berjuang lebih Dek, dunia sudah berubah. Cerita tetap akan menjadi cerita kecuali kamu memang tidak benar-benar belajar darinya." Pungkasnya. 

Aku sangat bersyukur atas pengalaman yang dia ceritakan membantu aku bersemangat lebih untuk bangkit. 

Dalam percakapan kami dia juga menambahkan ilustrasi yang membuat aku benar mantap berdiri di posisi sekarang. 

"Seperti mendaki gunung, kamu harus susah payah untuk sampai ke atas. Memanglah semua jerih payah akan terbayar lunas saat berada di puncak. Tapi jangan menolak lupa, kamu tidak bisa selamanya di sana, bukan? Kamu harus turun juga."

Pembelajaran tentang kehidupan membuat aku menjadi manusia yang benar-benar manusia. 

Dia mengajariku bagaimana bangkit dari keterpurukan yang bisa menimpa kapan dan siapa saja dari pengalamannya sendiri. Bagaimana dia berjuang dan berharap untuk semua mimpinya yang kemudian tersadar bahwa tidak semua itu bisa terwujud. 

Banyak jalan yang tidak harus kita tempuh tak peduli seberapa kamu menginginkannya. Karena memang bukan jalan kita. Tuhan selalu punya jawaban terbaik untuk setiap doa-doa kita. 

Semoga kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Bukan malah mencerca dan merasa lebih baik. 

Terima kasih sudah membaca. Ini tentang inspirasi yang mulai dari dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun