Entah karna aku yang burik atau memang terlalu kampungan terus terang saja, aku tidak pernah pacaran.
Bukan untuk julid, menjalin hubungan asmara di bangku SMP mungkin sudah bukan hal baru bagi mereka bahkan ada yang sudah memulai sejak SD. Tentu saja aku kaget dan tidak menerima paham begitu. Bukan karena sok suci tapi memang otakku belum bisa menampung itu. Hahahahh ... Lebih tepatnya pula tidak ada yang mau menjalin hubungan dengan aku yang burik ini.
Memang mereka tidak melakukan hal-hal aneh. Begitu yang aku liat. Sangat membanggakan sekali mereka menjalin hubungan begitu. Pada saat itu, menjadi rebutan adalah hal yang paling di inginkan sepertinya hahahah... Aku serius. Ada temanku yang laki-laki berantem gegara cewek!
Perlahan aku sadari bagaimana itu The power of HARTA TAHTA DAN WANITA.
Lain waktu aku akan membahasnya. Tapi tidak janji. Hehehe
Ringkas cerita, kami sudah kelas 3 SMP. Puncak tragedi ini di sini. Kami satu kelas dan guru itu menjadi wali kelas kami. Â
Yang memutuskan benar atau salah hanyalah pengadilan. Kita tidak berhak ikut campur jika tidak di mintai untuk mencampuri nya. Tapi apakah kita akan tetap diam jika keadilan itu tidak sesuai kenyataan? Keputusan pengadilan memang tidak bisa di ganggu gugat. Tapi otak dan hati di pengang alih olehmu.
Jadi maksudnya apa?
Memutuskan si murid tadi menjadi korban tidak sepenuhnya benar. Tidak sepenuhnya salah juga.
Berarti kau menganggap bahwa dia bukan korban?
Ya. Aku tidak bisa menerima bahwa dia sepenuhnya korban.