Keesokan harinya, saat yang dinantikan tiba. Gajah datang bersama anaknya sambil bernyanyi dan tertawa gembira.
Ikan Mas bersiap-siap. Ia menari-nari, melompat dan mengedipkan mata pada anak Gajah. Sesekali ia mencibirkan bibirnya untuk menggoda Gajah.
Seketika gajah pun tertarik dan berusaha untuk menangkapnya.Â
Ikan Mas terus meliukkan tubuhnya di permukaan air sambil berenang ke arah tepi telaga yang terdapat lumpur. Katak memperhatikan dari tempat tinggi agar dapat melihat dengan leluasa. Anak gajah pun terus mengikutinya.Â
Sesampai di area berlumpur, sudah ada deretan belut yang berbaris rapi. Gajah-gajah itu terpesona. Belut-belut menggerak-gerakkan tubuh dengan indah.
Gajah dan anaknya pun segera mengejar mereka. Belut-belut membenamkan diri dalam lumpur. Gajah mencari-cari dengan belalainya. Mereka mencari ke sana ke mari tetapi belut-belut sangat pandai berkelit sehingga gajah kesulitan mendapatkannya.
Pada saat itu Katak segera menyuruh kawanannya berbaris di tepi telaga. Mereka membuat bulatan-bulatan lumpur dan bersiap melempar.
Saat Gajah menyadari tubuh mereka kotor dan lengket dengan lumpur, mereka pun berniat kembali ke dalam telaga. Tetapi usaha mereka diadang oleh barisan katak.
"Hei, Gajah, telaga ini milik kami. Kau tidak boleh menggunakannya semaumu," teriak Katak.
"Menyingkirlah kalian. Tubuhku kotor aku perlu mandi," sahut Gajah.
"Jika kau tak sopan maka kami akan mengusirmu," jawab Katak.