Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Vino dan Robot Ticky-One

26 Maret 2023   16:58 Diperbarui: 26 Maret 2023   17:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Vino dan Robot Ticky-One

"Assalamu'alaikum!" ucapku dan Alief bersamaan di depan rumah Vino.

Mama Vino yang cantik itu menyambut kami dan bertanya.

"Eh, Zabir dan Alief. Mau cari Vino, ya?"

"Iya, Bu," sahut kami.

"Ada apa? Apakah Vino kena teguran bu guru lagi?" 

"Ah, nggak kok, Bu. Kami hanya ingin menanyakan apakah tugas kelompok dari Bu Astari sudah dikerjakan? Soalnya Vino sekelompok dengan kami, Bu," jelas Alief.

"Waduh! Vino!" teriak mama temanku itu memanggil-manggil.

Vino tidak mendengar. Setelah kami hampiri, ternyata ia sedang asyik bermain robot-robotan.

"Bib-bib-bib .... Ticky-one ... Ticky-one ... Go straight." Suara robot milik temanku yang bertubuh jangkung itu cukup keras. Pantas saja dia tidak mendengar panggilan kami.

"Vino!" teriak mama setengah membentak.

"Bib ... bib ... bib ...." suara robot milik Vino yang canggih itu terus terdengar sambil berjalan ke sana ke mari dengan arahan remote di tangan Vino.

Wah, canggih sekali robot milik temanku itu. 

"Ya ampun, Vino. Jangan main robot-robotan terus. Nih temanmu datang. Tugas kelompokmu udah dikerjakan belum?" tanya mama dengan marah.

"Udah kok, Ma, nanti aku setorkan ke kalian ya," sahut Vino berbohong lantas bermain kembali dengan robotnya.

"Thank you ... Vino ... thank you ...." kata robot Ticky-one itu.

Robot Ticky-one bisa berbicara. Harganya sangat mahal. Ayah Vino yang membelikannya saat ia naik kelas tahun lalu. Tapi Vino suka lupa diri kalau sudah main bersama robot Ticky-one kesayangannya.

"Awas, ya. Mama nggak mau dengar lagi kamu dimarahin ibu guru gara-gara nggak mengerjakan tugas sekolah," ujar mama akhirnya.

"Bib ...bib ... bib ...." suara robot menjawab ucapan mama.

Vino senang sekali bermain bersama Ticky-1.

Koloni manusia sangat sibuk dengan teknologi canggih. Jumlah mereka kian berkurang karena kesibukan setiap hari bertumpuk. Tak ada waktu buat mengandung, melahirkan maupun merawat anak-anak.

Akibatnya pada tahun ini, dunia lebih banyak dipenuhi oleh pasukan robot. Ada robot rumahan. Tugasnya membantu manusia dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Robot ini bisa menyapu, mengepel lantai, mencuci piring bahkan menjemur pakaian. 

Robot kantor tugasnya membantu pekerjaan di kantor. Baik pekerjaan mengetik, menghitung maupun membuat laporan.

Ada lagi robot yang menjadi pasukan pelindung dan pengaman negara. Mereka pada umumnya robot-robot canggih yang diprogram khusus dan dipersenjatai lengkap. Pasukan robot ini memiliki sifat berani mati, pantang menyerah dan tak kenal takut. 

Tapi untuk anak-anak tersedia robot hewan piaraan. Vino memilih robot tikus. Selain bentuknya lucu, robot tikus milik Vino juga warnanya sangat bagus. Putih mengilat. 

"Mana tugasmu, Vin?" tanyaku.

"Ada kok. Kalian tenang saja. Nanti besok pasti kubawa ke sekolah," sahutnya.

Setelah memastikan kalau temanku itu memang sudah mengerjakan tugas, maka kami pun pulang.

Tetapi ternyata Vino keasyikan bermain dengan robot tikusnya sehingga lupa mengerjakan pe-er. 

Keesokan harinya anak-anak telah berkumpul di kelas.

"Anak-anak, keluarkan tugas menanam kacang hijau yang ibu berikan Jumat lalu," ujar Bu guru.

Semua anak mengeluarkan percobaannya masing-masing. Tapi Vino tidak. Akibatnya ia mendapat hukuman.

"Vin, mengapa tidak menyelesaikan pe-er yang Bu Guru beri?" tanya ibu guru Astari kepada Vino.

"Maafkan Vino, Bu. Vino lupa, karena terlalu asyik bermain dengan Ticky-1. Itu robot Vino di rumah," sahut Vino menyesal.

"Lain kali tidak boleh begitu lagi, ya," seru ibu guru Astari yang baik hati. 

"Iya, Bu." Vino sangat menyesal. Ia harus mengulang kembali pelajarannya. Dalam hati ia berjanji untuk mendahulukan pekerjaannya sebelum bermain-main lagi dengan Ticky-1.

Akhirnya aku dan Alief terkena hukuman juga karena kami sekelompok dalam tugas itu. Tapi Bu Astari yang baik selalu memberi hukuman yang mengasikkan. Kami disuruh membuat percobaan menanam biji kacang hijau di taman sekolah bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun