"Kasihan ya, Awan. Dia pasti sedih sekali," ujar Vino.
"Betul, kita harus menjenguknya supaya dia tidak terlalu sedih," sahut Finza.
"Kalau begitu, bagaimana kalau sepulang sekolah kita ke rumahnya?" usul Biyan.
"Boleh-boleh. Tapi kita minta ijin dulu pada orang tua kita masing-masing," sahutku.
"Tapi jangan lupa, kita pun harus mengisi perut dulu. Jangan sampai kita datang menjenguk tetapi di sana malah merepotkan," ujar Vino menasehati.
"Benar juga kamu, Vin, kalau begitu kita janjian ke rumah Awan pukul satu siang saja, gimana?" jawabku kembali bertanya.
"Oke!" Ketiga temanku menjawab bersamaan.
Pada waktu yang dijanjikan, kami pun berkumpul dan bersama-sama menggowes sepeda ke rumah Awan.
Sampai di sana, Ayah Awan bercerita kalau Mama  Awan terjatuh dari motor saat pulang berbelanja. Saat itu gerimis tiba-tiba datang. Mama Awan diantar pamannya berboncengan. Tepat didepan BRI, paman Awan tak dapat mengendalikan motor akibat jalanan licin. Keduanya terjatuh di tepi trotoar. Untung banyak orang yang membantu.
Keduanya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ayah Awan pun segera datang sesaat setelah ditelepon.
Untung keduanya hanya luka sedang, tetapi mama Awan tak bisa membantu berjualan. Kasihan sekali temanku. Ia sangat sedih melihat mama dan pamannya luka di sana-sini.