"Hai, Arya!" teriakku.
Arya sedang membantu ayahnya membersihkan perahu. Ia menoleh ke arah kami.
"Hai, mau ke mana kalian?" tanyanya sambil mengelap sisi perahu yang indah itu.
"Macing kepiting yuk," ajak Biyan.
"Aku ingin ikut, tapi sekarang sedang membantu ayahku, nanti sore ayahku akan turun mencari ikan lagi. Lain kali saja ya," sahut Arya.
"Oh ya sudah kalau begitu," sahutku.
Kami pun meneruskan perjalanan.
Sampai di tepi laut Cilincing kami menyandarkan sepeda dan mengikatnya pada sebatang pohon palem yang banyak berjejer di sepanjang dam.Â
Pantai Cilincing saat ini sebagian sudah diberi dam setinggi kira-kira sepuluh meter. Padahal kata bunda, dulu pantai Cilincing berpasir putih. Tak kalah indah dengan Pantai Anyer atau Pangandaran.Â
"Aduh ... aduh ...."Â
Tiba-tiba kudengar suara Biyan meringis kesakitan.