Alat itu sangat sederhana. Hanya dibuat dari kayu kecil sepanjang sekitar setengah meter yang ujungnya diikatkan tali. Nah talinitulah nanti yang kami buat melingkar untuk menjerat kaki anak kepiting dari lubang pasir.
"Ayo, aku pamit pada Bunda dulu ya," sahutku kemudian sambil membawa pancingan ketam milikku.
Aku dan Biyan menggowes sepeda untuk pergi ke tepi pantai. Kami melewati rumah beberapa teman. Salah satunya rumah Salsa.Â
Saat kami lewat ia tengah menjemur ikan bersama bibinya.Â
"Hai, Salsa!" sapaku.
"Hai, Zabir, Biyan! Kalian mau ke mana?" teriaknya dari kejauhan.
"Biasa," sahut kami sambil mengangkat pancingan kepiting masing-masing.
"Hati-hati," teriaknya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Ya!" sahut aku dan Biyan berbarengan.
Salsa adalah temanku yang baik hati. Ia sangat rajin membantu bibinya menjemur ikan asin untuk dijual di pasar.
Sebelum sampai pantai kami juga melewati rumah Arya. Ayah Arya memiliki perahu untuk dipakai melaut. Perahu ayah Arya sangat kokoh dan indah. Terbuat dari kayu mahoni yang dibentuk dan dihias dengan cat berwarna-warni.