"Masih lama?"
"Bentar lagi ya, Mas? Aku kesulitan mencari diksi dan mengatur alur."
"Hmmm, baiklah."
Beberapa saat tangannya mengetik kembali. Â Lalu menekan tombol backspace lagi. Kemudian ia mengulang ketik lagi. Sesekali dienter setelah hatinya berasa pas. Tapi kemudian menekan tombol kecil bertanda panah ke kiri itu lagi. Dia belum benar-benar puas.
Trerereeeet!
Suara  guntur di langit bercampur cahaya terang. Hawa dingin dari luar terasa mulai menyisip kulit.
Agaknya malam ini akan hujan lagi. Diliriknya sang suami menarik selimut dan memeluk bantal.
Ah, tanggung, batinnya. Aku belum puas dengan konklusi puisiku. Lalu ia kembali mengetik.
Langit menggelegar lagi. Kilat saling menyambar. Â Kali ini jendela terbuka dan satu sosok hitam datang. Berdiri tepat di hadapan dan langsung menarik lengannya.
"Si-siapa kau?"
"Jangan banyak tanya."