Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dasar, Wanita!

27 Februari 2023   11:47 Diperbarui: 27 Februari 2023   11:54 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu Dayu dan suami tengah merayakan tasyakuran empat puluh hari kelahiran bayi mereka. Dan seseorang datang.

"Bayu?" Seketika suasana hati Dayu tak enak.

"Aku tak kan lama. Hanya ini!" ujar Bayu menyerahkan sebuah kado kecil. Lalu pergi.

Dayu membuka, isinya ... cincin! Tertera huruf awal nama mereka berdua, B dan D 4ever. Cepat-cepat disimpannya cincin kenangan itu.

***

"Jangan lupakan aku, Day." Ia ingat lirih suara Bayu saat mendengar ia dilamar seorang  pemuda.

Beberapa hari sesudah pernikahannya, sebenarnya mereka masih sering bersama. Hingga masa-masa Dayu hamil dan menanyakan kapan Bayu akan menikah. Saat itulah Bayu terdiam. Mulai saat itu ia menjauh. Tak ada tegur sapa lagi. Dayu kehilangan berita tentang Bayu meski rumah mereka bersebelahan.

Esok paginya. Kepala dan badannya masih berasa berat. Aku akan menuntaskan ini. Aku tak ingin tersekam bara. Jika harus ada percikan biarlah menggelora sekalian. Asal setelahnya mengabu dan padam, daripada panas di dalam tak kunjung selesai, pikir Dayu.

"Bayu, kita harus bicara."

Bayu yang tengah menunduk di hadapan tumpukan kertas menoleh ke arahnya sekilas.

"Mau bicara apa lagi Day? Belum puas?" tanya Bayu dengan tenangnya.

"Bayu!" teriak Dayu hampir pingsan.

"Kau sudah menikah lebih dulu dan kini sudah punya momongan. Kalau aku ..., apa katamu waktu itu?" Bayu bertanya sambil tetap bergeming di tempatnya duduk.

"Maafkan aku, Bay. Waktu itu aku tak sengaja melontarkan candaan itu. Maafkan, Bay. Aku tak sanggup didiamkan terus menerus begini!"

Dayu melihat sekilas senyum Bayu.

"Jangan sinis begitu dong, Bay!" Memelas.

"Siapa yang sinis? Aku sedang berbahagia."

"Jangan meledek, Bay."

Bayu tersenyum tanpa menoleh. Sehingga Dayu tak melihatnya. Matanya tetap ditujukan kepada kertas-kertas di hadapannya saja. Tangannya sibuk melipat-lipat.

Tiba-tiba masuk seorang pemuda. Tampan. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih. Serta merta Bayu tersenyum dan mencium tangannya. Pemuda itu mengusap kepalanya. Dayu terpana.

"Si-siapa dia, Bayu?"

Dengan menggenggam tangan pemuda itu Bayu mengatakan.

"Namanya Dito. Kami akan segera menikah. Nih undangannya!" Bayu menyodorkan salah satu kertas yang sedang diipatnya sedari tadi.

Dayu memperhatikan kertas itu sekilas. Tertera dalam undangan itu nama Bayuni Handayani dan Dito Farlando.

"Kau akan segera menikah, Bay?"

"Ya," sahut Bayu. "Jangan panggil lagi aku dengan sebutan perawan tua!" ucap Bayu mendelik. "Tapi berkat candaanmu aku baru sadar kalau harus mencari calon pendamping segera." Ia tertawa.

"Ah, kamu Bay. Lalu kenapa cincin ini kau berikan padaku?" tanya Dayu penasaran.

"Sebab aku sudah punya ini," sahut Bayu menunjukkan cincin emas di jari manisnya. "Kan dulu kamu yang bilang, cepat ganti dengan cincin pertunangan, iya kan?"

"Oh ya aku lupa. Ah Bayu. Kau sahabat terindahku," bisik Dayu memeluk Bayu erat-erat.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun