"Bayu!" teriak Dayu hampir pingsan.
"Kau sudah menikah lebih dulu dan kini sudah punya momongan. Kalau aku ..., apa katamu waktu itu?" Bayu bertanya sambil tetap bergeming di tempatnya duduk.
"Maafkan aku, Bay. Waktu itu aku tak sengaja melontarkan candaan itu. Maafkan, Bay. Aku tak sanggup didiamkan terus menerus begini!"
Dayu melihat sekilas senyum Bayu.
"Jangan sinis begitu dong, Bay!" Memelas.
"Siapa yang sinis? Aku sedang berbahagia."
"Jangan meledek, Bay."
Bayu tersenyum tanpa menoleh. Sehingga Dayu tak melihatnya. Matanya tetap ditujukan kepada kertas-kertas di hadapannya saja. Tangannya sibuk melipat-lipat.
Tiba-tiba masuk seorang pemuda. Tampan. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih. Serta merta Bayu tersenyum dan mencium tangannya. Pemuda itu mengusap kepalanya. Dayu terpana.
"Si-siapa dia, Bayu?"
Dengan menggenggam tangan pemuda itu Bayu mengatakan.