Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rondo Teles

21 Februari 2023   10:08 Diperbarui: 21 Februari 2023   10:11 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu aku melihatmu memeluk lelaki legam itu. Aku sangat cemburu, tapi bisa apa? Meski kulit pria itu hitam sekali akibat pekerjaannya sebagai operator forklift, yang membuatnya harus rela berpanas-panas di tengah lapangan, namun kau sangat mencintainya.

"Aku pergi dulu ya, Sayang," katanya sambil mengusap-usap pelan punggungmu.

"Sing ngati-ati ning tempat makaryo, yo Mas." Suaramu lembut terseling isakan.

Laki-laki itu pun mengangguk lalu menaiki motor RX King keluaran empat tahun lalu miliknya. Ia sempatkan menoleh padamu sebelum kemudian menggasnya kencang-kencang.

Tiga bulan berlalu. Kau pun sudah aktif lagi bekerja di apotek. Aku sangat bahagia. Hanya di sini aku bisa mengusap wajahmu dengan leluasa, dan kau terus menciumku sepanjang pekerjaanmu.

"Yang, anakku mau ujian, aku harus menitipinya bayaran buat sekolah dan juga biaya hidupnya sama bibinya. Boleh nggak nanti aku pinjam dulu uangmu?"

"Untuk Ufi, Mas? Hmmm, nggak masalah. Berapa?"

Keterlaluan! Dia menyebutkan sejumlah uang yang bagimu sangat kecil nilainya. Kau tampaknya kasihan pada suamimu yang gajinya tak seberapa, sedang ia punya seorang anak yang dititipkan pada mbaknya di kampung.

"Nggak usah pinjem, Mas. Uangku ya uangmu juga, rejekiku ya rejekimu juga," katamu waktu itu. Lalu laki-laki itu mencium pipimu.

Lain waktu Mas Legam menelepon. Motornya yang keluaran empat tahun lalu mogok di jalan. Padahal dia sedang ditunggu di tempat kerja. Iapun minta dikirimi uang untuk naik taxi.

Kau serta merta mentransfer sejumlah uang untuk ongkos ke proyek. Sekalian untuk membayar ongkos biaya selama motornya ditaruh di bengkel beberapa hari.

Lain waktu lagi ia bilang, gajinya belum dibayar karena hitung-hitungan proyeknya belum selesai. Jadi sambil menunggu dapat gajian, uang makannya sudah habis, dia bilang pinjam untuk uang makan lima orang, dia dan empat anggota timnya, toh sebentar lagi gajian mereka pasti bayar.

Lagi-lagi itu bukan masalah besar buatmu. Dalam tempo lima belas menit uang yang dipinta sudah tertransfer lewat kartu ATM-mu. Dan semua itu kusaksikan, karena kau selalu memintaku menemanimu ke mana pun kau pergi.

Hingga suatu hari sang suami tanpa diduga datang ke rumah sakit ini. Bukan main girang kau melihat dia berdiri di depan pintu rumah sakit. Kau pun melambaikan tangan memanggil lelaki itu.

Bersamaan dengan itu ada seorang pasien juga yang turun dari taksi dan memasuki pintu rumah sakit. Dibantu seorang perempuan yang lebih tua, mungkin ibunya.Tampaknya wanita itu mau melahirkan.

Dari depan ruang obat, kau menyaksikan beberapa orang mendorong wanita yang mau melahirkan itu masuk ke ruang bersalin. Dan suamimu yang operator forklift itu mengikuti rombongan itu ke ruang bersalin.

Yang, aku di sini, di apotik sini loh! Teriakanmu tak didengarnya sama sekali. Kenapa kamu nyari aku ke ruang bersalin? katamu lagi dalam hati sambil tersenyum, membuat tampangku sedikit berkerut.

Kau pun menyusul Mas Legammu yang mancung mengikuti rombongan ke ruang bersalin. Namun sampai di sana kau tidak bisa langsung menegurnya karena kau lihat suamimu tengah mengelus-elus perut wanita itu.

"Mas, sakit, Mas."

"Iya, Sayang. Sabar, Sayang. Sebentar lagi suster datang."

Tiba-tiba kau mengikatku kencang-kencang. Kau naikkan posisiku lebih tinggi dari semula. Lalu kau pun mundur ke balik pintu.

Perempuan tua di hadapannya menanyakan lagi, mana uang untuk DP operasi istrinya.

"Belum ada, Mbok. Bentar tak telepon temanku." Mas Mancung Legam mengeluarkan hape.

"No, istriku mau melahirkan, tolong pinjami aku duit."

"Kenapa pinjem aku? Kan kamu punya rondo teles, tinggal minta entar ditransfer sama rondo telesmu itu."

"Aku bingung harus bilang apa? Kan kemarin dia baru saja transfer, kubilang untuk uang makan teman-teman."

"Ya gitu aja repot, bilang aja untuk tambah modal. Pasti rondo telesmu itu ngasih."

"Iya ya, No. Yo wis, tak coba dulu."

Mas Legam beralih ke sebuah nama di handphonenya. Ditekannya nomor yang dimaksud.Tapi tentu saja perempuan itu tak bisa menjawab. Sebab yang dimaksudnya adalah dirimu.

Kau melepaskan ikatanku dari wajahmu karena perutmu berasa mual.

Kau remas aku saat muntah-muntah di toilet salah satu ruang dalam rumah sakit itu. Aku hanya secarik kain yang tak bisa berbuat apa-apa.

Matamu berkunang-kunang. Kau baru tahu, ternyata kasih sayang Mas Legam selama ini ...? Hatimu pun menggolak. Kau hanya seorang rondo teles bagi suami orang itu.

Kau pun semaput dan pingsan. Aku ingin sekali menolongmu. Tapi aku bisa apa?

TAMAT

________________________________________________________________

Keterangan:

Rondo : janda

Teles : basah/kaya

sing ngati-ati : hati-hati

ning : di

makaryo : kerja

yo wis : ya sudah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun