Lain waktu lagi ia bilang, gajinya belum dibayar karena hitung-hitungan proyeknya belum selesai. Jadi sambil menunggu dapat gajian, uang makannya sudah habis, dia bilang pinjam untuk uang makan lima orang, dia dan empat anggota timnya, toh sebentar lagi gajian mereka pasti bayar.
Lagi-lagi itu bukan masalah besar buatmu. Dalam tempo lima belas menit uang yang dipinta sudah tertransfer lewat kartu ATM-mu. Dan semua itu kusaksikan, karena kau selalu memintaku menemanimu ke mana pun kau pergi.
Hingga suatu hari sang suami tanpa diduga datang ke rumah sakit ini. Bukan main girang kau melihat dia berdiri di depan pintu rumah sakit. Kau pun melambaikan tangan memanggil lelaki itu.
Bersamaan dengan itu ada seorang pasien juga yang turun dari taksi dan memasuki pintu rumah sakit. Dibantu seorang perempuan yang lebih tua, mungkin ibunya.Tampaknya wanita itu mau melahirkan.
Dari depan ruang obat, kau menyaksikan beberapa orang mendorong wanita yang mau melahirkan itu masuk ke ruang bersalin. Dan suamimu yang operator forklift itu mengikuti rombongan itu ke ruang bersalin.
Yang, aku di sini, di apotik sini loh! Teriakanmu tak didengarnya sama sekali. Kenapa kamu nyari aku ke ruang bersalin? katamu lagi dalam hati sambil tersenyum, membuat tampangku sedikit berkerut.
Kau pun menyusul Mas Legammu yang mancung mengikuti rombongan ke ruang bersalin. Namun sampai di sana kau tidak bisa langsung menegurnya karena kau lihat suamimu tengah mengelus-elus perut wanita itu.
"Mas, sakit, Mas."
"Iya, Sayang. Sabar, Sayang. Sebentar lagi suster datang."
Tiba-tiba kau mengikatku kencang-kencang. Kau naikkan posisiku lebih tinggi dari semula. Lalu kau pun mundur ke balik pintu.
Perempuan tua di hadapannya menanyakan lagi, mana uang untuk DP operasi istrinya.