"Put, bisa nggak sih lo lebih perhatian sama badan lo! Jangan keseringan begadang!" Rey kembali memberiku petuah tak ubahnya seperti ibuku.
Aku berlalu, tak peduli dengan apa yang Rey katakan. Untuk mengusir kantuk aku membuat secangkir kopi hitam, dan setiap aku melakukannya Rey kembali menceramahiku. "Put, jangan keseringan ngopi kasian lambung lo. Lo pasti beelum makan nasi kan dari pagi?" seperti dugaanku Rey kembali berkicau.
"Lama-lama lo kayak nyokap gue deh Rey, bawel banget!"
"Yaa itu kan karena gue sa...." kalimat terakhir Rey tak terdengar olehku karena di saat bersamaan datang Siska dengan suara cemprengnya.
"Helooooo.... miss Siska datang membawa kabar baik buat lo!!" dengan suara nyaringnya siska membuat pengumuman dan menunjuk ke arahku.
Kabar baik apa? Apa aku akan naik gaji? Entahlah..
"Mulai bulan depan, lo bakal jadi asisten gue. Jadi lo harus rubah kebiasaan lo tidur pas jam kerja!! Paham?!?"
Apa? Jadi asisten Siska, dia bilang itu kabar baik? Ya Tuhan, hal buruk apa lagi ini. Sontak orang-orang di ruangan tertawa meledekku setelah Siska pergi. "Gue kira ada yang naik gaji, eh ternyata naik jabatan jadi asistennya Siska..hahahaha" celetuk Chandra yang memang terkenal ceplas ceplos kalau bicara.
***
Seperti biasa, kumulai hariku dengan macetnya kota Jakarta. Lagi-lagi aku tidak sempat sarapan. Sesampainya di kantor aku langsung memesan makanan cepat saji di restoran dekat kantor. Selalu seperti itu, makanan cepat saji dan kopi menjadi penolongku disaat seperti ini.
Rey sudah berkali-kali mengingatkanku untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan minum kopi. Tapi aku tak pernah mempedulikannya. Sampai suatu hari aku merasa sakit yang teramat sangat di perutku. Saking sakitnya aku tak sadarkan diri. Saat siuman aku sudah berada di rumah sakit. Orang pertama yang aku lihat adala Rey. Dia menungguiku semalaman di rumah sakit.