Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.
“Selalu ada hal baru yang bisa direnungi dan dipahami dari novel-novel Tere Liye.”
—Pulin Sri Lestari, ibu rumah tangga
“Saat ini kita cenderung tidak lagi peduli pada banyak hal, namun novel-novel Tere Liye membantu kita untuk melihat lebih dalam dan peduli.”
Tere Liye bukan saja novelis, tapi penulis yang benar-benar handal. Dalam setiap tulisannya selalu dikemas dengan cerita-cerita yang apik.
Novel pulang menceritak tentang seorang pemuda yang sejak kecil belum pernah mengenal dunia selain tempat kelahirannya. Pada pada usia 15 tahun dengan skenario sdemikian rupa yang direncanakan oleh bapaknya, dia akhirnya bisa keluar dari tempat kelahirannya dan tumbuh jadi pemuda yang hebat. Dia bisa mengejar semua ketertinggalan pelajaran-pelajaran yang belum sama sekali dia rasakan. Dan kahirnya dia menyelesaikan masternya di luar negeri.
Pulang, banyak sekali definisi pulang dalam novel ini, pulang di sini juga membuat bujang kadang bingung, dalam setelah kedua orang tuanya meninggal dia merasa bingung tak tau kemana lagi dia harus pulang, tapi setelah suatu pagi bercakap-cakap dengan tuanku imam, sambil menikmati matahri terbit, hal yang jarang atau hamper tidak pernah dilakukan bujang, penuturan lembut tuanku imam yang juga paman bujang akhirnya membuka hatinya, bahwa hakikat pulang bukan saja pulang dalam artian pulang ke suatu tempat, tapi kembali ke jalan Tuhan, kembali ke jalan kebaikan.
Dalam novel ini Tere Liye kembali menunjukkan kecerdasannya. Semua hal dinarasikan begitu detail. Bahkan tempat-tempat di luar negeri yang dikunjungi Bujang digambarkan dengan begitu gamblang. Semua sangat detail, tak ada yang lewat dari perhitungannya, sepersekian detik begitu berharga.
Seakan Tere Liye mengerti betul bagaimana cara menggunakan alat yang ada dalam novel ini, seperti shuriken, katana, khanjar, dll. Bahasa untuk menjelaskan fungsi dan cara menggunakan alat-alat tersebut seakan-seakan membawa pembacanya berperang dan bertarung bersama. Membuat nafas tidak beraturan, karena ketika membaca tentang pertarungannya sungguh bikin deg-degan.