Reseptor insulin berperan dalam mentransfer fosfat dari adenosin trifosfat (ATP) ke residu tirosin pada protein intraseluler. Pengikatan insulin pada subunit   menyebabkan subunit mengalami autofosforilasi (proses penambahan gugus fosfat ke protein, yang mengaktifkan protein tersebut) sehingga mengaktifkan aktivitas katalitik reseptor dalam sitoplasma (Zahra et al. 2017). Ketika reseptor diaktifkan, sejumlah protein intraseluler mengalami fosforilasi untuk mengaktifkan mereka. Kemudian, vesikel yang mengandung GLUT4 bergerak dari dalam sel ke membran untuk membentuk protein integral. Sebagai protein integral, GLUT4 memungkinkan molekul glukosa memasuki sel melalui difusi terfasilitasi. GLUT4, yang merupakan bagian dari kelompok transporter heksosa, adalah protein integral besar yang mengangkut glukosa menuruni gradien konsentrasi (Irawan 2022). Protein transporter  dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Endotel pembuluh darah merupakan salah satu sasaran aksi insulin. Respon endotel terhadap insulin adalah peningkatan pengeluaran NO. NO berperan dalam menurunkan proliferasi sel otot polos pembuluh darah, mencegah adhesi monosit ke sel endotel, meningkatkan fibrinolisis, menurunkan adhesi trombosit dan peroksidasi lipid yang semuanya bertujuan untuk melindungi dinding pembuluh darah dari pembentukan plaque. Resistensi insulin menyebabkan terganggunya respon endotel untuk mengeluarkan NO sehingga terjadi disfungsi endotel (Paleva 2019).
Regulasi Kadar Glukosa Darah dan Proses Homeostasis di Tubuh
Ketika glukosa telah tercukupi, glukosa akan disimpan sebagai glikogen di hati. Pada usus halus, glukosa akan diserap ke dalam pembuluh darah menuju ke hati melalui pembuluh vena. Glikogen akan disimpan di hati dan diubah kembali menjadi glukosa ketika glukosa darah menurun. Ketika glukosa darah menurun, pankreas akan memproduksi hormon glukagon untuk menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa dari glikogen sehingga glukosa darah kembali normal, hal tersebut merupakan proses homeostatis di dalam tubuh (Pahlawan dan Oktaria 2016).
Mengonsumsi minuman berkarbonasi dengan sering atau terus menerus dapat menyebabkan kadar glukosa darah meningkat secara terus menerus pula. Untuk dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal di tubuh, maka hormon insulin akan disekresikan  (Soniya dan Rudiyanto 2023). Hormon insulin yang berfungsi menurunkan glukosa darah akan secara terus menerus bekerja sehingga dapat menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan (pankreas tidak dapat menghasilkan insulin). Gangguan dari hormon insulin dapat menyebabkan hiperglikemia yang menjadi mulanya penyakit diabetes mellitus. Sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh gangguan sekresi hormon insulin (Punthakee et al. 2018).
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kebiasaan konsumsi minuman berkarbonasi di Indonesia sebanyak 2-3 kali dalam seminggu memicu penyakit diabetes mellitus pada penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 30,4% dari total penduduk. Meskipun tubuh dapat melakukan proses homeostasis ketika kadar glukosa meningkat, namun ketika pankreas terus menerus memproduksi insulin menyebabkan kerusakan pada pankreas dan resistensi dari insulin sehingga sangat berbahaya. Pencegahan diabetes mellitus dapat dilakukan dengan mengurangi serta membatasi konsumsi minuman berkarbonasi dan minuman ataupun makanan lainnya yang mengandung kadar gula yang tinggi. Selain mengatur pola makan, mengonsumsi pangan antihiperglikemik dan olahraga yang teratur juga diperlukan sebagai langkah preventif.
Daftar Pustaka
Andini A, Awwalia E. 2018. Studi Prevalensi Risiko Diabetes Melitus Pada Remaja Usia 15--20 Tahun di Kabupaten Sidoarjo. Medical Health Science Journal. 2(1):19-22.