"Ngomong-ngomong kamu sudah sreg sama si Faishal?" tanya Mbak Marni.
"InshaAllah  Mbak, setelah wisuda dia akan langsung melamar," jawab saya mantap.
"Semoga dia sebaik Masmu ya."
"InshaAllah, Mbak. Memangnya ciri-ciri suami yang baik itu bagaimana?"
Mbak Marni menggamit tangan saya, mendekat kepada Mas Adli yang masih merem-merem ayam. "Suami yang baik itu ..." Mbak Marni berhenti sebentar, melihat kepada suaminya. Matanya  mengerling, memberi kode kepada saya.
"Suami yang baik itu selalu bertanya empat hal kepada istrinya. Pertama, sudahkah sholat? Kedua, sudah makan? Ketiga, cape nggak? Keempat ... keempat ya Dek ..." Mbak Marni kembali berhenti, mengulum senyum sambil melirik suaminya.
"Gak usah nyindir Ma, pasti ada maunya kan?" Mas Adli terbangun lalu duduk menjejeri saya.
"Sudah saya bilang kan, Dek. Masmu ini pinternya top markotop." Mbak Marni mengamit pinggang Mas Adli.
"Yang keempat apa Mbak?" tanya saya penasaran.
"Haduh, anak kecil kok dijak ngomong dewasa. Sana, Mama ambilkan dompet Papa di nakas."
Mbak Marni tertawa riang, mengecup punggung tangan suaminya lalu bergegas menuju kamar.