"Kompornya mati, Pak"
"Gak apa-apa nasinya sudah matang"
Aku mengarahkan walker menuju halaman depan, waktunya berjemur. Baru saja duduk, kudengar Yanto berteriak dari dalam.
"Wadouh pedes Pak, mana air minumnya?"
Aku tak berniat menjawab.
"Pak, mana galon airnya?" Yanto menyusulku ke depan.
"Tuh!" Â tanganku menunjuk pada galon kosong di atas meja teras.
"Habis, ya Pak?" Bibir Yanto memerah, hidungnya meler kepedesan.
Geli juga aku, pengin tertawa tapi takut dosa. Rasain, memang enak dicuekin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI