Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Digondol Wewe Gombel

7 Januari 2025   19:41 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:41 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sementara aku terpaku. Kakiku terasa dibebani ribuan batu. Lidahku kelu, mulutku beku.

"Ini aku, Mustari !" katanya.

Sosok yang tiba-tiba ada di depanku itu terlihat mengenaskan. Wajahnya belepotan tanah sampai hanya tampak giginya ketika meringis. Bajunya entah berwarna apa, sama kotornya dengan wajahnya.

"Tadi kan sudah kupesan, jangan bilang siapa-siapa. Sekarang semua orang mencariku. Aku kan cuma makan satu tampah, Rus. Masak gara-gara itu aku mau dibunuh, dicincang. Teganya."

"Bener kamu Mustari?"

Ia mengangguk. Dari perutnya terdengar bunyi kemerucuk. Astaga, perut karung dia itu, masak sudah lapar lagi setelah makan sebanyak itu.

"Kamu tidak digondol wewe gombel?"

"Iya tadi di punden ada mbah-mbah yang mau mengajakku ikut dengannya. Gak maulah aku. Nanti kalau dimarahi emak, bisa hancur aku."

"Mangkanya kalau sudah Magrib itu pulang,"

"Sudah pulang aku, Rus. Sampai di pintu depan kudengar bapak marah-marah sama emak katanya aku mau dicincang, diiris tipis-tipis kayak kripik. Yo, aku kabur lagi."

"Kemana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun