Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hot Mama

2 Januari 2025   20:36 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:36 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu suara mamaku. Sungguh jauh dari kata merdu.

"Duh, percuma punya anak perawan, gak ngerti pekerjaan rumah, gak bisa bantun apa-apa. Masih pagi begini sudah tiduran. Saru!"

Ya, Mama tidakkah kau lihat lantai sudah kinclong, aku sudah menyapu dan mengepel. Meja dan pajangan pun sudah ku lap semua. Jangankan laba-laba, semut pun akan kepleset karenanya.

"Mama sudah jalan-jalan, sudah belanja, sudah nyiramin tanaman, kamu masih saja guling-guling di kasur." Mama melanjutkan omelannya.

Mau menjawab? Lupakan saja. Klarifikasi pun tak akan menolong. Percuma, bisa-bisa omelan Mama akan makin panjang kali lebar sampai luas dan keliling.

"Tuh lihat gelas dan piring belum dicuci, jemuran juga belum dikeluarkan. Kamu hp an terus. Kapan kamu itu dewasa? Kapan kamu akan ngerti?"

Duh, mengapa selalu ada pekerjaan baru saat Mama tiba. Padahal tadinya sudah selesai dan baik-baik saja. Tentang gelas dan piring kotor, sejak kapan barang-barang itu ada di sana. Jemuran? Lha siapa yang nyuci?

Mama, seperti punya indera ketujuh, selalu tahu kesalahan dan kekurangan anak-anaknya.

Pernah waktu itu, aku sedang menyapu, tanpa sengaja gagang sapu menyenggol gelas yang ada di jendela. Belum sempat kubersihkan, Mama muncul tiba-tiba.

"Riiiiinn! Kalau tak mau bantu Mama gak usah ngambul. Gak usah ngancurin barang-barang rumah. Kemarin piring, sekarang gelas, besok apa lagi. Mau makan pakai daun? " Mama berkata dengan suara keras, matanya melotot, sementara tangan kanannya memegang sothil.

Seingatku yang memecahkan piring kemarin itu, Mama. Bukan aku. Apa yang dikatakannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun