"Nah, begini 'kan enak gak nangis ae.Mama lo sedang berbahagia karena sudah kembali kepada sumber segala kasih sayang, sumber kebahagiaan. Harusnya kita ikut senang, ikut bahagia karena mati atau kembali kepada Allah itu artinya telah merdeka, terbebas dari belenggu dunia yang penuh penderitaan, fitnah-fitnah dan perkara-perkara yang carut marut gak jelas jluntrungane. Mamamu wes senang, wes bahagia, wes sembuh dari tumor yang menguasai otaknya. Kalian tahu sendiri bagaimana penderitaan mama 'kan. Mamamu yang cerdas, trengginas, mrantasi segala masalah sendirian jadi lumpuh, tidak berdaya, tidak bisa ngapa-ngapain. Seandainya hidup mama akan terus merasakan sakit. Kematian ini menyembuhkannya."
"Ketika ada anggota keluarga yang wafat, Rasulullah justru berucap "Alhamdulillah" baru disambung dengan kalimat "istirja" Â karena beliau yakin bahwa kematian di satu titik adalah sesuatu yang patut disyukuri. Karena lantarankematian kita bisa segera bertemu Gusti Allah dan terlepas dari dunia fana yang hina dina ini."
"MaulanaJalaluddin Rumi." Sedahmira membuka catatannya. Sontak ketiga keponakannya mengambil sikap duduk sempurna. Mereka sangat paham bila Sedahmira sudah membuka catatan artinya dengarkan saja.
"Menurut Rumi, kematian bukanlah menjadi suatu hal yang mesti ditakuti. Cepat atau lambat, dalam siang atau pun malam, kematian akan menghampiri kita tanpa batas ruang dan waktu."
"Dalam syairnya, Rumi mengatakan, "Mengetahui bahwa Engkau yang mengambil kehidupan, kematian menjadi sangat manis. Selama aku bersama-Mu, kematian bahkan lebih manis daripada kehidupan itu sendiri."
"Kematian tidaklah mengerikan, justru kematian adalah kemanisan yang menggelora dalam ruang kalbu.Kematian adalah gerbang menuju kemerdekaan cinta yang sejati, abadi, karena berjumpa dengan Sang Kekasih (Allah SWT) adalah dambaan bagi segala hati yang dilanda kedahsyatan aroma rindu." Sedahmira menutup buku catatan yang sampulnya berwarna biru.
"Siapa yang tidak ingin bertemu dengan sang kekasih, sedang kekasihnya ini amat menyayanginya, sangat mencintainya dan telah sangat bermurah hati kepadanya?"
Air mata Rossa sudah menyusut. Paramita termangu dan pandangan Maura menererawang.Hati Sedahmira mencelos, perasaannya jadi aneh.Tentu saja ia menjadi sangat rindu kepada Ningtyas, adiknya. Ia bisa berbicara untuk menghibur keponakannya, meski hatinya belum bisa merayakan kematian seperti dalam syair Maulana Jalaluddin Rumi.
Dari ceramah Gus Bahadan syair Jalaluddin Rumi
Untuk adikku Yuli WahyuPanglipurningtyas yang telah berpulang pada Kamis, 24 Oktober 2024, pukul 02.58 WIB.
"Ya Allah, ampuni-lah, rahmati-lah, bebaskan-lah, dan lepaskan-lah dia. Dan, muliakan-lah tempat tinggalnya, luaskan-lah dia. Dan, muliakan-lah tempat tinggalnya, luaskan-lah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkan-lah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dar ikotoran.