Mohon tunggu...
Nuria Mufidah
Nuria Mufidah Mohon Tunggu... Freelancer - blogger, lazy writer

Traveling, writing, photography, art n craft, hitech, networking

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sentilan di Malam Lebaran

20 April 2023   14:35 Diperbarui: 20 April 2023   18:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "Mamaaaa....sarungku yang baru ada dimana? " Spontan aku membuka mata. Aku melihat sekelilingku. Sepasang tangan kekar masih melingkar memelukku. Membuatku tidak bisa bergerak. Pemiliknya masih pulas mendengkur di belakangku. Dengkuran yang khas. 

"Pa... ayo bangun...nanti kita terlambat lagi seperti tahun lalu." Teriakan itu terdengar lagi di depan pintu kamar. Aku mencoba bergerak melepaskan diri. Sambil menepuk pelan kakinya yang menumpang di atas pahaku. Aku benar-benar menjadi guling kali ini. 

"Papaaa..... " si kecil teriak lagi. 

Kali ini terpaksa aku tepuk dengan keras kaki yang menindihku untuk membuat sosok itu membuka matanya.  Gerakanku membuatnya kaget dan  melompat bangun. Menyadari itu semua membuatku tersenyum lega. Aku menghela nafas dalam dalam dan bersyukur pada Tuhan karena telah mengembalikan aku ke tempatku yang sebenarnya. 

Mengingat apa yang aku rasakan semalam, air mataku tiba-tiba menetes pelan. Aku tidak bisa membayangkan seandainya hal itu benar- benar terjadi padaku. Cepat cepat hKuhapus semua rasa negatif yang pernah ada dan masih melekat di kepalaku..
Dihadapkan pada situasi yang tidak jelas kemarin seolah mengingatkanku akan arti dari sebuah kehadiran dan kejadian. Apapun itu, tidak boleh menggeser posisi rasa syukur sebagai rasa yang harus ada di posisi tertinggi. 

Ego yang sering tidak terpuaskan... keinginan yang sering merasa tidak terpenuhi.... dan rasa kecewa ketika berharap banyak pada manusia.... semua rasa itu tak seharusnya menggeser rasa syukur atas semua nikmat yang pernah kita terima, tapi sering kita abaikan.

 Samar samar gema takbir mulai terdengar dari kejauhan. Lama lama makin keras. Dalam hati aku berdoa. Terima kasih ya Allah ... telah memberiku semua kesempatan indah dalam lini masaku. Kau hadirkan orang orang yang sudah mewarnai kehidupanku. Maafkan  segala khilafku... sombongku dan semua keburukanku selama ini.


Gema takbir terdengar makin keras. Tak terasa air mataku menetes membasahi kedua pipiku. Kali ini air mata bahagia yang penuh rasa syukur atas semua nikmat yang pernah aku rasakan.


Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.


Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya.


Allah is the GreatestThere is no God but AllahAllah is the GreatestAnd all praise is due to Allah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun