Hari ini tepat malam lebaran. Harusnya sudah terdengar atau terasa hiruk pikuk orang yang tengah bersiap menyambut datangnya hari raya. Tapi kali ini tak terdengar atau terlihat apa pun. Sunyi dan senyap. Hanya terdengar suara langkah sepatu berjalan mendekat lalu menghilang. Terkadang berhenti sebentar di dekatku lalu menjauh dan menghilang. Begitu terus berulang-ulang sampai aku hampir hafal kapan mereka datang dan pergi. Ya Allah... aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tiba-tiba berada di sini, di tempat yang aku tidak tahu. Tidak ada yang berbicara padaku. Aku juga tidak pernah berbicara. Aku hanya bisa mendengar. Aku tidak bisa melihat apa pun. Semua terlihat gelap. Â Aku tidak tahu apa yang ada di sekelilingku. Aku hanya bisa merasakan tempatku berbaring. Kasur yang empuk dan bantal yang menopang kepalaku. Aku masih bisa merasakan kedipan mataku serta desahan nafasku yang bergerak perlahan mengikuti irama jantungku. Sesekali bau yang agak tajam menembus hidungku dan terkadang membuatku ingin muntah. Bau obat!
Tanganku terasa berat untuk digerakkan. Begitu juga kedua kakiku. Aku hanya bisa merasakan gerakan lemah jari jariku.
Aku mencoba untuk berpikir dan berusaha mengingat apa yang terjadi. Blank! Aku tidak bisa mengingat apapun. Â Aku hanya bisa mengingat satu hal saja. Besok adalah lebaran. Selebihnya aku tidak ingat apa-apa.
Saat otakku sedang berusaha berpikir keras, tiba-tiba aku merasa ada yang menekan ujung jari kakiku. Aku mengerang pelan. Tidak ada suara yang bisa aku keluarkan. Hanya erangan kecil.
Lalu aku dengar suara orang memanggil disusul langkah kaki mendekat. Aku tidak paham apa yang mereka perbincangkan. Aku tidak paham satu kata pun yang mereka ucapkan!. Tidak lama kemudian  aku mendengar langkah kaki berlari mendekat. Tak lama kemudian sebuah tangan menyentuh dan menggenggam telapak tanganku. Aku tiba-tiba merasakan kehangatan mengalir ke sekujur tubuhku. Aku merasa aku pernah merasakan ini sebelumnya. Makin kuat tangan itu menggenggam tanganku, makin deras aku merasakan energinya. Aku merasa sedikit hafal dengan sensasi ini. Tapi aku tidak bisa mengingat kapan, dimana, dengan siapa. Aku hanya ingat pernah merasakan sentuhan itu. Jantungku tiba-tiba terasa berdetak kegirangan seolah menyambut aliran energi yang datang dengan sukacita. Aku tetap tidak paham dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba ada yang menyentuh pipiku dengan lembut. Aku merasakan kehangatan mengalir sesaat. Lalu aku mendengar suara pelan berbisik di dekat telingaku.
"Dea......"
Aku tidak tahu maksudnya. Sepertinya memanggil namaku. Apakah itu namaku? Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya. Aku cuma merasa pernah mendengar suara itu. Suara yang khas dengan kelembutannya. Tapi aku tidak bisa mengingat pemiliknya.Â
"Ya ampuun ...kamu masih saja membuang waktumu disini. Sudahlah...Sampai kapan kamu tunggu dia? Dia nggak akan bangun. Ingat kata dokter kemarin. Kemungkinannya 0,..... Pikirkan dirimu dan anak-anak. Kamu butuh orang yang merawatmu dan anak-anak."
Suara itu juga seperti tidak asing bagiku tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku hanya pernah merasa pernah mendengarnya.Â
Tapi... Kenapa dia berkata seperti itu? Apakah aku yang dia maksud nggak akan bangun? Kenapa?
"Jangan ikut campur urusanku. Aku akan tetap disini..di sampingnya sampai nafasnya berhenti. Selama dia masih bernafas, aku tidak akan pergi."
"Dasar keras kepala. Itu artinya kamu akan terus menyiksaku untuk mengurusi anak2 mu. Laki-laki egois. Kalau bukan karena pesan mama untuk jaga anak2mu..aku sudah gak peduli sama kamu...laki laki egois!"
Aku tidak tahu dan tidak paham maksud obrolan mereka, tapi tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menusuk dadaku dan membuatku sedikit sesak. Aku juga tiba-tiba merasa ada butiran bening mengalir membasahi pipiku. Namun aku tak mampu menggerakkan tanganku untuk menghapusnya.
"Sudahlah..hentikan mulutmu. Pergilah sesukamu. Tinggalkan aku dan anak-anak. Aku bisa mengurus mereka sendiri."
Lalu aku mendengar suara pintu dibanting agak keras. Kemudian senyap.Air mataku terus mengalir tanpa aku tahu kenapa. Tiba-tiba tangan itu mengusap pipiku dengan perlahan, seolah ingin menghentikan air mataku. Kembali aku merasakan kehangatan menjalar di wajahku. Membuatku mendesah agak panjang.
Tak lama kemudian aku mendengar suara itu melantunkan bunyi yang sering aku dengar di malam hari. Ayat-ayat suci!. Kali ini aku bisa mengingat dengan jelas. Suara itu aku dengar hampir tiap hari sebelum tidur. Suara itu yang sering mengantarku  terbang ke alam mimpi. Aku tiba-tiba merasa tenang.  Jantungku juga mulai berdetak tenang, tidak lagi melompat lompat  tak beraturan. Perlahan aku merasa mataku mulai agak berat dan mengantuk. Selanjutnya aku tidak ingat apa-apa.
Esoknya, aku  terbangun oleh teriakan yang cukup keras.