Mohon tunggu...
Nurhidayah SPd
Nurhidayah SPd Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 21 Bandung

Menulis bisa mengubah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesantren untuk Ayah

20 Januari 2023   19:11 Diperbarui: 20 Januari 2023   19:39 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pergilah aku meninggalkan kampung Mamak dan meneruskan perjalanan pulang. Jarak yang memisahkan kampung mamak dan rumahku memang sangat jauh. Dua hari dua malam aku harus menghabiskan waktu pulang. Rasa rindu membuncah ingin bertemu ibu. Ingin kusampaikan semua kehidupan yang sudah kulewati. Kupejamkan mata dengan berharap waktu cepat datang mempertemukanku dengan keluargaku.

Tak terasa ku menginjakkan kaki di rumahku. Kulihat cat rumah yang telah usang. Kaca rumah pecah karena tendangan bola, yang mungkin itu karena ulah adikku. Namun yang kulihat tak seperti apa yang kualami dulu. Pesantren ayah kini tertutup rapat, digembok tak berpenghuni.

“Apa yang terjadi dengan pesantren ini, apa yang terjadi dengan ibu?” aku berlari menghampiri ibu.

“Ibu!” teriakku

“Arief!” teriak ibu seraya memelukku dan menangis.

“Apa yang terjadi, Ibu?”

“Apa kau tak mendengar berita di TV, Nak?”

“Tidak,Ibu? Apakah yang terjadi dengan Ibu, dengan rumah, dan pesantren ayah, Bu?”

“Amang yang mengajar santri di sini dituduh terlibat teroris, Rif.”

“Bagaimana bisa amang dituduh seperti itu, tak bisa orang menuduh tanpa bukti.”

“Pesantren kita dianggap menyalahi ajaran, Rief.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun