Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Editor - Peminat sastra

Peminat sastra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

My First Solo Traveling: Taman Bunga Nusantara

28 Oktober 2014   10:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28 9520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_369838" align="aligncenter" width="504" caption="Papan petunjuk. (Dokumentasi pribadi)"]

1414431096321236870
1414431096321236870
[/caption]

Seusai membaca papan petunjuk itu, saya lalu menuju Swan Lake. Di danau kecil ini memang ada angsa-angsanya. Sebuah patung dewi dalam ukuran raksasa turut memperindah danau ini. Pengunjung bisa menikmati pemandangan di Swan Lake ini di gazebo di tengah danau. Saya lalu beranjak ke taman jepang. Memasuki pintu taman, saya teringat pada bangunan Pusat Studi Bahasa Jepang tempat belajar-mengajar mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran. Rasanya agak was-was memasuki taman ini. Namun, ternyata di dalamnya ada pula pengunjungnya, berfoto-foto di jembatan kolam. Di antara taman yang paling menyedot perhatian saya adalah taman mediterania. Gaya klasiknya sungguh membuat taman ini jadi tempat foto yang spesial. Foto di tempat ini serasa berfoto di masa lalu, hehe....

[caption id="attachment_369848" align="aligncenter" width="504" caption="Dua "]

14144326811602963283
14144326811602963283
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Saya berpose di Taman Mediterania TBN. Kompasianer, terutama yang perempuan, yakin tidak iri ingin foto di taman ini? Hehe... (Dokumentasi pribadi)"]

1414438888265005554
1414438888265005554
[/caption]

TBN sangat bersih, tertata rapi. Petugas kebersihan hilir-mudik mengambili sampah yang mungkin secara sengaja dibuang oleh pengunjung alay. Sayangnya, petugas kebersihan itu tidak bisa membersihkan jejak-jejak vandalisme yang terlihat di tanaman-tanaman seperti yang terlihat di taman mediterania. Ternyata tidak ada tembok, tanaman pun bisa dijadikan sasaran tangan-tangan jahil pengunjung yang pasti alay juga. Mungkin juga sebenarnya banyak coretan di tembok tapi sudah dicat ulang oleh pihak TBN. Duh, harusnya pihak TBN menyerukan larangan "bertindak alay" semacam itu secara tertulis di lembar tiket misalnya.

[caption id="attachment_369845" align="aligncenter" width="504" caption="Vandalisme pun dilakukan pada tumbuhan. (Dokumentasi pribadi)"]

14144317511707359491
14144317511707359491
[/caption]

Setelah berhasil mendapatkan jepretan yang ciamik di taman mediterania, saya melanjutkan langkah ke observation tower. Menara empat lantai ini boleh dinaiki pengunjung untuk melihat area TBN dari atas. Di menara ini, terlihatlah betapa luasnya taman ini. Di satu sisi menara, terlihat taman gaya bali, lengkap dengan gapuranya. Saya dengar seorang pengunjung berkata, "Gak perlu ke Bali ya." Ya, dengan berpose di pintu taman ini dan mengunggahnya ke media sosial, mungkin orang-orang akan berpikir pose itu di Bali. Sayangnya saya lupa masuk ke taman ini saking banyaknya orang yang antre berpose di gapura, tidak enak kalau mengganggu aktivitas memotret mereka.

Di sisi yang lain, terlihat bundaran yang tampaknya terletak persis di tengah-tengah taman. Di sisi yang lain, ada Musical Fountain. Sesuai dengan namanya, ada musik yang mengalun di lokasi air mancur ini. Cukup ramai juga titik ini. Di sisi terakhir saya lihat taman labirin. Berkelok-kelok seperti yang ada di film-film Eropa klasik. Ada petugas yang menjajakan peta seharga Rp 2.000,00 ini. Dengan pedenya saya menolak tawaran membeli peta itu. Tapi begitu memasuki taman itu, saya khawatir sendiri. Lalu, keluar lagi, daripada nanti tidak bisa keluar, terjebak di dalam labirin. Sendiri pula. Hahaha...

[caption id="attachment_369850" align="aligncenter" width="504" caption="Taman bergaya Bali dilihat dari atas (kiri atas), bundaran di tengah taman (kanan atas), musical fountain (kiri bawah), dan taman labirin (kanan bawah). (Dokumentasi pribadi)"]

14144327331781929495
14144327331781929495
[/caption]

TBN ini memang tepat dijadikan tempat bersantai bersama keluarga atau pacar. Tidak sedikit rombongan atau pasangan yang bersantai di rerumputan di bawah pohon, bahkan banyak yang sambil tidur-tiduran. Tujuan wisata yang sangat mainstream-lah. Jadi, rasanya saya salah pilih TBN untuk solo traveling. Tapi karena sudah telanjur, ya lempeng sajalah. Cuma sekali minta tolong difotoin sama orang. Selebihnya, kalau ada foto yang ada sayanya, itu pakai jasa timer kamera. Kadang-kadang agak malu juga bergaya sambil menunggu kamera selesai menghitung sampai sepuluh hitungan. Khawatir dikira aneh bergaya sendiri tanpa si pemotret. Ya mereka mana lihat kamera yang saya letakkan jauh di depan saya. Hahaha... mungkin solo traveler pemula seperti saya pernah merasakan apa yang saya rasakan itu.

Selain suasana teduh dan indah, yang dijual TBN tentu saja lokasi pemotretan. Potret-memotret, itulah aktivitas utama pengunjung taman ini, terutama yang masih muda-muda. Berpose di sini, di situ. Semua tempat terlihat indah. Ada juga sekelompok muda-mudi berpakaian ala India yang sedang melakukan pemotretan. Kalau saya datang bersama fotografer saya, yang tidak lain adalah adik saya yang anak Desain Komunikasi Visual, fotomodel gagal macam saya ini pastinya juga jadi yang paling sibuk berpose, hehe.... Tapi tentu saja saya tetap memotret untuk urusan menulis blog. Belakangan ketika saya sudah pulang, saya baru ingat untuk menjajal jual foto di situs-situs photo stock macam Shutterstock. Duh, kalau ingat itu, pasti saya akan sibuk foto-foto juga. Tapi dari foto-foto yang ada, lumayan banyak yang bisa diajukan ke situs photo stock. Suatu saat kalau sudah mahir motret, bisa ke TBN lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun