PENDAHULUANÂ
Pembentukan kamampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik peserta didik dan juga hakikat pembelajaran. Proses belajar yang terjadi tergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas peserta didik.
Seorang guru sebelum melakukan proses belajar mengajar, sebaiknya terlebih dahulu membuat rencana pembelajaran yang harus sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Penting bagi guru mengetahui tahap perkembangan anak didiknya dan jangan sampai salah menerapkan metode pembelajaran yang membuat anak gagal dalam proses belajar.
Dalam proses pembelajaran guru harus menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu tolak ukur bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dikelas.
Proses belajar mengajar disekolah dasar memiliki corak yang berbeda dengan proses belajar mengajar disekolah menengah. Karakteristik yang ada pada siswa itu sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan siswa.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda, antara anak satu dengan anak yang lainnya, karakteristik anak pada masa kelas rendah berbeda dengan karakteristik anak pada kelas tinggi, hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak.Â
Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah belum mengembang ketrampilan kognitifnya secara penuh. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik.
PEMBAHASANÂ
Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. (Piuas Partanto, Dahlan: 1999)
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. (Sudirman: 1990)
Karakter siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh siswa, dimana ciri-ciri tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar. Karakter siswa merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok sebagai pertimbangan guru dalam proses pengorganisasian pembelajara.
Winkel mengaitkan karakteristik siswa dengan menyebutkan keadaan awal, dimana keadaan awal itu bukan hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula kenyataan pada masing-masing guru.
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran. (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Cruickshank mengemukakan beberapa karakteristik umum siswa yang perlu mendapat perhatian dalam mendesain proses atau aktivitas pembelajaran, yaitu: (1) kondisi sosial ekonomi, (2) faktor budaya, (3) jenis kelamin, (4) pertumbuhan, (5) gaya belajar dan (6) kemampuan belajar. Semua karakteritik yang bersifat umum perlu dipertimbangkan dalam menciptakan proses belajar yang efektif dan dapat membantu individu mencapai kemampuan yang optimal
Menurut (Dwi, 2018) Peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang berkualitas sehingga mengasilkan output yang berkualitas pula.Â
Fakta bahwa masih banyak kendala di lapangan terkait dengan peran guru yang kompeten dan profesional. Masih banyak siswa yang belum dapat secara optimal menerapkan hasil pendidikan di sekolah kedalam kehidupan nyata.Â
Inilah yang perlu mendapat perhatian, agar guru sebagai ujung tombak keberhasilan tujuan pendidikan nasional yang akan di capai siswa. Salah satunya dengan cara mengetahui karakter dari masing-masing peserta didik di SD.
Analisis karakteristik awal siswa merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa, yang berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu.Â
Tahapan ini dipandang begitu perlu, mengingat banyak pertimbangan seperti; siswa, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan atau pembelajaran tertentu yang diikuti siswa. Berikut ini penjelasan tentang perkembangan peserta didik dari segi usia, fisik, psikomotorik dan akademik bagi anak di sekolah dasar
1. Perkembangan Fisik
2. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pda periode prenatal (dalam kandungan).
3. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak
4. Usia 0-5 tahun
5. Perkembangan kemmapuan fisik pada usia anak kecil ditandai dengan anak mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan berjalan, berlari, meloncat, mennagkap atau gerakan yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar.
6. Usia 5-8 tahun
7. Pada tahap ini waktu perkembangan akan lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, belum mengembangkan otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
8. Usia 8-9 tahun
9. Terjadi perbaikan koordinasi anggota tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki-laki cenderung menyukai aktivitas yang berhubungan dengan kontak fisik, dari segi psikologi anak perempuan lebih maju satu tahun dari lelaki.
10. Usia 10-11 tahun
11. Kekuatan anak laki-laki lebih kuat daripada perempuan, kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Perempuan mengalami kematangan seksual pada usia 12 tahun, lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual. (Santrock, 2007: 161)
12. Perkembangan Psikomotorik
13. Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal dan harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau masa kanak-kanaknya ialah berjalan dan memegang benda. Kedua jenis ketrampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan ketrampilan yang lebih kompleks seperti yang dikenal dengan sebutan bermain dan bekerja. Sementara Gessel menjelaskan bahwa perilaku motoric itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi ,dan keahlian motorik khusus. (Salkind, 2010: 87)
- Terdapat dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan (2) dan yang kasar dan global kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan.
- Karakteristik Perkembangan Akademik
- Karakteristik perkembangan akademik dijelaskan dengan menggunakan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Kemampuan akademik berkaitan dengan cara kerja otak. Adapun perkembangan kognitif meliputi:
- Tingkat sensori motor pada umur 0-2 tahun
- Bayi lahir dengan reflex bawaan, dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang telah lebih kompleks. Pada masa ini anak belum mempunyai konsep tentang objek tetap.
- Tingkat pra operasional pada umur 2-7 tahun
- Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) dari dalam lingkungan saja. Berupa dan menjelang akhir tahun ke-2 anak telah mengenal symbol dan nama.
- Tingkat operasional konkrit pada umur 7-11 tahun
- Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol sistematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak, kecakapan kognitif anak adalah: kombinasivitas atau klasifikasi, reversibelitas, asosiativitas, identitas, dan serasi.
- Perkembangan Sosial Anak
- Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, tiga, sedangkan kelas tinggi yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau  tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial pesat.
- Tahap ini siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukap beradaptasi dengan lingkungan. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya
Banyak masalah yang terjadi terkait dengan karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran diantaranya ialah, penyampaian materi yang dilakukan oleh pendidik kurang dipahami oleh siswa yang tidak begitu bisa menanngkap seperti siswa lainnya.Â
Karena karakteristik siswa diyakini sebagai kemampuan khusus itu mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mengikuti program. Usia Sekolah Dasar ditandai adanya kesempatan baik untuk belajar . ada beberapa karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar.Â
Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Analisis sederhana yang dilakukan oleh guru di sekolah dasar sebelum memulai program pembelajaran sering kali membawa dampat positif dan berpengaruh untuk perkembangan anak..Â
Cara sederhana untuk mengetahui karakteristik siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan pretes. Cara ini terbukti efektif untuk digunakan dalam mengetahui profil siswa yang akan menempuh pembelajaran di kelas
Menurut (Burhein, 2017) Berdasarkan karakteristik anak usia sekolah dasar yang senang bermain, bergerak, mengelompok, dan praktik langsung. Oleh karena itu, berkaitan dengan aktivitas tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan fisiknya dan perkembangan emosional anak.Â
Berkaitan dengan konsep tersebut, maka dapat dijabarkan sebagai berikut ini adalah
- Senang bermain
- Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih -- lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
- Senang bergerak
- Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
- Anak senang bekerja dalam kelompok
- Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 34 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H