Dengan berbagai macam relasi maka muncullah mengurus 7 kelas itu dengan tanpa dibayar (sukarelawan untuk mengurus sekolah). Pada tahun berikutnya mendapatkan 6 kelas dan semakin bertambah hingga sekarang terdapat jumlah siswa 700 lebih dengan 6 jurusan dengan luas tanah 6,800 M2. Nama ketua yayasannya pun sampai saat ini masih tetap Uyu Wahyu.
Komitment dasar awal membuat sekolah SMK Bandung Timur karena memiliki 6 anak yang kuliah dengan berbeda jurusan, sampai akhirnya sekolah ini bisa maju dan berdiri kokoh karena memilki ke 6 anak sarjana yang beranekaragam jurusan, yang beraneka ragam profesinya, bukan hanya sebagai pendidik saja namun, terdapat profesi sebagai pendidik dan non pendidik. Sehingga sekolah SMK Bandung Timur bisa maju dengan berbagai multidisiplin ilmu.
Pada tahun 2003 mulai mendirikan SMP. Mulai adanya ide gagasan ini karena hasil perundingan dari 3 orang yaitu (anak ke 2 yang bernama Ade Hadiat Sudrajat dan anak ke 5 yang bernama Surzan, beserta ketua yayasan Uyu Wahyu). Maka dibuatlah SMP PLUS Bandung Timur). Dengan tahun awal penerimaan mendapatkan 2 kelas.
Selanjutnya lepas dan diurus oleh orang-orang tertentu saja. Karena semakin kesini orang-orang yang menjadi pengurus, pemilik tidak aktif di dunia persekolahan lebih aktif didunia masing-masing. Sehingga sampai saat ini SMK Bandung Timur di pegang oleh anak pertama yang bernama Asep Aksan dan SMP Plus Bandung Timur dipegang oleh anak ke 3 yang bernama Ai Murtika.
Di samping yang kini berhasil dan mewujudkan impian membuat perusahaan keluarga, sebetulnya ada juga bidang-bidang usaha lainnya yang dikelola dalam waktu relatif singkat, karena dianggap gagal, sehingga akhirnya ditutup.
Sebagai manusia biasa, tidak setiap langkah usaha yang dikerjakan Uyu Wahyu dan Hadijah bisa berhasil dan berumur panjang, bahkan kalau dilihat dari jenisnya, sebetulnya banyak yang gagal. Hal itu memang wajar, karena yang namanya manusia itu tidak ada yang memilki kesempurnaan. Namun semua kegagalan tersebut bisa diimbangi dengan keberhasilan pada bidang-bidang lain, yang menyebabkan Uyu Wahyu dan Hadijah semakin berkibar karena berkat doa seorang Ibunda Hadijah yang beritikad ingin semua anak-anaknya menjadi seorang sarjana, sehingga anak-anaknya bisa membantu mengubah perekonomian keluarga.
Dari berbagai kejadian tersebut, Uyu Wahyu dan Hadijah semakin yakin, sepahit apapun keadaan yang dialami, selama tidak melupakan Allah, serta tidak mudah berputus asa, maka dibalik semua itu selalu terdapat hikmah. Terlepas dari apa yang disebut nasib (takdir), ia menyadari bahwa diri sendirilah yang menentukan keberhasilan atau kegagalan. Karena itu Uyu Wahyu dan Hadijah tidak pernah memanjakan anak-anaknya, selalu bersikap tegas, agar semua anak-anaknya bisa menjadi mandiri, tidak mudah putus asa mau berjuang walaupun jatuh harus tetap bangkit dan selalu kuat tidak bergantung pada orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI