Mohon tunggu...
Nurbekti Setiyanto
Nurbekti Setiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cinta Damai

Seorang Pelajar yang pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengingat Kembali Upaya Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan

30 November 2021   23:30 Diperbarui: 1 Desember 2021   00:18 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh bahagianya kita sekarang ini merasakan hasil kemerdekaan tanpa susah payah mengeluarkan tenaga dan pikiran. Sekarang Indonesia sudah merayakan kemerdekaan yang ke 76.  Sudah begitu tua dan lama Indonesia terbebas dari penjajahan, tetapi pernahkah terbayang di benak kita begitu menegangkan pada masa lampau dalam memperjuangkan dan melawan penjajah dalam mengambil alih hak kemerdekaan negara kita sendiri? Tentu hal ini dirasakan oleh pahlawan - pahlawan kita dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dilihat historisnya, hari demi hari pertumpahan darah tidak dapat dihindarkan. Semangat nasionalisme dan rela berkorban melekat pada jiwa pahlawan kita. Berbagai upaya dilakukan mulai dari pertempuran bersenjata yang melibatkan para militer  dan melalui jalur diplomasi yaitu dengan perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak penjajah untuk mencapai satu keputusan yang bijak. Di antara kedua upaya tersebut, diplomasi merupakan upaya yang cukup manusiawi karena penyelesaiannya menggunakan perundingan tanpa ada pertumpahan darah yang memakan korban jiwa.

Konfrontasi Fisik

Pasca kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak sepenuhnya terbebas dari belenggu penjajahan. Ternyata masih banyak tantangan -- tantangan yang dihadapi bangsa ini. Mulai dari kedatangan pasukan AFNEI ( Allied Forces Netherlands East Indies ) pada tanggal 29 September 1945 Pasukan sekutu datang ke Indonesia pasca kemerdekaan ini di boncengi oleh NICA ( Netherland Indies Civil Administration ) dengan tujuan merebut kekuasaan kembali dari Jepang dan membebaskan para tawanan sekutu.

 Dengan memanipulasi bahwa kedatangan mereka untuk menjaga keamanan dan menyelidiki para penghianat perang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Hal ini menyebabkan beberapa peperangan yang menyebabkan korban jiwa di beberapa wilayah Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.

1. Pertempuran Ambarawa

Sudah tidak asing jika mendengar pertempuran Ambarawa yang terjadi selama 5 hari. Latar belakang dari pertempuran ini ternyata penipuan. Bermula dari pasukan NICA beserta sekutunya datang ke Indonesia untuk membebaskan para tawanan perang, tetapi ternyata para tawanan tersebut sudah dipersiapkan dan dipersenjatai setelah mereka di bebaskan. Hal tersebut membuat rakyat Indonesia geram melihat situasi pada saat itu, ditambah lagi dengan pasukan sekutu yang memaksa dan melucuti senjata anggota militer Indonesia. Pertempurannya ini pecah dan berada di puncaknya pada 20 November 1945 di Ambarawa, pertempuran ini melibatkan Antara pasukan sekutu dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

Pasukan sekutu yang berada di Magelang diambil dan dikirim ke Ambarawa untuk membantu pasukannya dengan berbagai perlindungan dari pesawat udara. Penyerangan dilakukan pasukan sekut secara bertubi-tubi tidak ada hentinya, mulai dari pengeboman beberapa desa -- desa yang ada di Ambarawa. Di sisi lain pasukan TKR mulai membentuk pertahanan dengan mengumpulkan para pemuda bangsa dari berbagai wilayah seperti Salatiga, Boyolali, dan Kartasura untuk melawan pasukan sekutu di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa. Dari pertempuran tersebut tercatat bahwa Letkol Isdiman gugur, kemudian digantikan oleh kolonel Soedirman. Pengepungan yang terjadi di berbagai wilayah sekitar Ambarawa membuat mental pasukan sekutu mengecil dan akhirnya mundur pada 15 Desember 1945.

2. Pertempuran Surabaya

Siapa yang tidak mengenal daerah Surabaya, merupakan daerah yang besar di Indonesia dengan beragam orang -- orang di angsana. Apalagi jika melihat historisnya para arek -- arek Surabaya mempertahankan wilayah kemerdekaan dari pasukan sekutu melalui perang yang hingga saat ini dikenal dengan Pertempuran Surabaya. Pahlawan Bung Tomo ikut terlibat dalam peristiwa di Surabaya. Pertempuran ini merupakan pertempuran yang melibatkan tentara Inggris dengan para arek -- arek Surabaya. Terjadi pada 27 Oktober sampai 20 November 1945. Puncak dari pertempuran ini adalah pada 10 November yang sampe sekarang bangsa Indonesia memperingati hari tersebut dengan Hari Pahlawan.

Diawali dengan mendaratnya tentang Inggris pada 25 Oktober 1945 di wilayah Surabaya. Pasukan ini tergabung dalam aliansi AFNEI. Tidak hanya itu saja, tentara Belanda turut ikut serta dalam pasukan NICA. Seperti perang -- perang yang terjadi di wilayah Indonesia, tujuan AFNEI sama saja yaitu untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang. Tetapi tujuan tersebut terdapat niatan jahat yang di rencanakan yaitu membatu tentara Belanda merebut lagi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pasti kalian sudah mengetahui penyebab dari pertempuran di Surabaya bukan?

Yap, pertempuran ini disebabkan karena insiden yang terjadi di Hotel Yamato. Pada masa itu pasukan Belanda dengan bangganya mengibarkan bendera mereka di atas tiang yang berada di Hotel Yamato. Tentu, hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya yang begitu besar. Berani -- beraninya pasukan Belanda dengan entengnya mengibarkan bendera mereka di atas tanah Indonesia yang sudah merdeka.

Rakyat Indonesia di bawah pimpinan Soedirman dan Sidik datang ke Hotel Yamato dengan itikad baik yaitu dengan menyuruh tentara Belanda untuk menurunkan bendera Belanda. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata tentara Belanda menolaknya dengan keras, bahkan sampai mengancam akan menembak Soedirman beserta Didik.

Permasalahan tersebut akhirnya menimbulkan keributan di lobi hotel. Emosi dari Didik tidak dapat terbendung, dia akhirnya mencekik ploegman hingga tewas pada saat itu juga. Tetapi pahlawan Didik juga tewas pada saat itu juga karena di tembak oleh tentara Belanda. Akhirnya rakyat Surabaya dengan emosinya memanjat tiang bendera tersebut dan merobek warna biru pada bendera Belanda. Setuasipun makin memanas antara rakyat Surabaya, AFNEI, dan NICA.

selang beberapa hari, pasukan AFNEI mendapatkan kabar bahwa jenderal mereka yang bernama Mallaby tewas ketika hendak melakukan perjalanan di Jembatan Merah. Kabar tersebut membuat tentara Inggris yang berada di aliansi AFNEI marah besar.  Jenderal Robert yang menggantikan Mallaby yang tewas mengeluarkan ultimatum yang berisi bahwa rakyat Indonesia harus menyerahkan semua persenjataan yang mereka miliki dan menghentikan perlawanan mereka terhadap Belanda dan Inggris pada 10 November 1945.

Pada momentum inilah Soetomo atau biasa yang disebut Bung Tomo menolak ultimatum tersebut dan membakar semangat perjuangan arek -arek Surabaya. Dengan slogan yang kita kenal sampai saat ini adalah " Merdeka atau mati ". Pertempuran tersebut tidak dapat di hindarkan, dengan banyaknya korban jiwa dari rakyat Indonesia yang mencapai ribuan tersebut, tidak membuat gentar semangat perjuangan mereka. Meskipun mengalami kekalahan dalam pertempuran ini, tetapi arek -- arek Surabaya berhasil membuat mundur pasukan AFNEI dan NICA di Surabaya.

Upaya Diplomasi

Ternyata selain upaya dengan melakukan pertempuran, ada juga upaya yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya. Adanya Diplomasi merupakan kunci penyelesaian dari berbagai permasalahan di Indonesia, seperti Perjanjian Linggarjati, Perundingan Renville, dan Konferensi Meja Bundar ( KMB ).

1. Perjanjian Linggarjati

Apakah ada yang tau apa itu Perjanjian Linggarjati?

Yes, Perjanjian Linggarjati merupakan upaya bangsa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perundingan yang terjadi di Linggarjati, Jawa Barat. Perjanjian ini dilakukan mulai dari tanggal 15 November 1946 sampai 25 Maret 1947 dengan tujuan yaitu untuk membuat perjanjian persetujuan mengenai status kemerdekaan bangsa Indonesia dengan Belanda.

Perwakilan dari delegasi bangsa Indonesia diantaranya yaitu perdana menteri Syahrir beserta anggotanya Mr.Moh.Roem, Mr. Amir Sjarifuddin, dan Mr. Soesanto Tirtoprodjo. Sedangkan dari delegasi Belanda sendiri dipimpin Prof. Van Poll, F.de Bear dan H.J Van Mpok. Perundingan ini ditanda tangani di Istana Rijswijk yang sekarang menjadi Istana Merdeka di Jakarta. Hasil perundingan tersebut adalah :

- Belanda mengakui Secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatra dan Madura.

- Belanda harus meninggalkan wilayah NKRI paling lambat 1 Januari 1949.

- Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat ( RIS ).

2. Perundingan Renville

Perundingan Renville ini merupakan perundingan pertama yang di atas kapal Perang milik angkatan laut Amerika yaitu USS Renville. Perundingan ini dilakukan pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948. Oleh karena itu, perundingan ini disebut dengan perundingan Renville.

Delegasi bangsa Indonesia yang hadir pada saat itu adalah Amir Sjarifuddin. Sedangkan dari sisi Belanda di wakilkan oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo. Tidak hanya delegasi dari kedua negara tersebut saja, tetapi perundingan ini juga di hadiri oleh Komisi Tiga Negara yang diantaranya adalah Richard Kirby, Paul Van Zeeland, Frank Graham. Tentu saja perundingan Renville ini menghasilkan isi yang harus disepakati bersama, yaitu :

- Penghentian kontak tembak menembak

- Daerah yang berada di garis Van Mook harus dikosongkan oleh tentara Indonesia.

- Belanda bebas membentuk negara federal di daerah tertentu melalui pendapat terlebih dahulu.

- Pembentukan Uni Indonesia-Belanda.

3. Konferensi Meja Bundar ( KMB )

Yang terakhir ada Konferensi Meja Bundar ( KMB ), Konferensi ini dilakukan di kota Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. Mengapa Konferensi ini dinamakan Konferensi Meja Bundar? Karena meja yang mereka gunakan dalam rapat tersebut berbentuk bundar.

Delegasi bangsa Indonesia yang hadir pada konferensi ini adalah Moh. Hatta. Sedangkan dari delegasi Belanda dihadiri oleh Mr. Van Maarseveen. Tidak hanya itu saja, konferensi ini juga dihadiri oleh delegasi UNCI yang diwakili oleh Christchley. Untuk hasil dari Konferensi Meja Bundar ini memperoleh titik terang yang berisi :

- Belanda harus mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat ( RIS ).

- Masalah Irian Barat harus diselesaikan setahun kemudian.

- RIS mengembalikan perusahaan atau infrastruktur yang merupakan hak milik Belanda.

Nah itu tadi beberapa perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Mulai dari konfrontasi Fisik yang menyebabkan korban jiwa berjatuhan sampai melalui perjanjian atau perundingan yang mencapai hasil dan disepakati bersama. Begitu berat perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu, semua waktu digunakan sebaik mungkin untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Jadi sob, janganlah kalian melupakan perjuangan yang sudah dilakukan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Ingat slogan Jas Merah " Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun