Mohon tunggu...
Nurbayu Susandra
Nurbayu Susandra Mohon Tunggu... Lainnya - Sekretaris PC 'Aisyiyah - Muhammadiyah

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ragam Bahasa Indonesia (Pengertian, Macam-macam, dan Contohnya)

17 Oktober 2024   10:08 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:17 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik, hubungan dan medium pembicara.

Penting atau tidakkah bahasa Indonesia?

Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari 3 kriteria, yaitu :

1. Jumlah penutur

2. Luas daerah penyebarannya

3. Terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra dan budaya.

Pada point ke-3 , sarana ilmu pengetahuan, susastra dan budaya telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat sempurna dan baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting.

Ragam bahasa terdiri dari Ragam Lisan dan Ragam Tulis

1. Ragam Bahasa Lisan 

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Ragam bahasa lisan standar digunakan dalam situasi formal seperti pidato atau sambutan dalam perkuliahan dan ceramah, sedangkan ragam lisan non standar digunakan dalam percakapan antarteman, di pasar atau dalam kesempatan non formal lainnya.

2. Ragam Bahasa Tulis 

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan, dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosa kata. Ragam tulis sifatnya lebih formal daripada ragam lisan. Bahasa tulis dapat di bagi menjadi 2 ragam, yaitu :

a. Ragam Baku 

Ragam baku adalah ragam yang di lembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat penggunaannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam bahasa baku dipakai dalam situasi resmi seperti seminar, pidato, temu karya ilmiah dan lain-lain

Ragam baku mempunyai 4 sifat, yaitu :

1. Mantap

Sesuai dengan kaidah bahasa. 

Contoh : kata "rasa" di bubuhi awalan "pe-" maka akan terbentuk kata "perasa"

2. Dinamis

Tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati.

Contoh : kata "langganan" mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat langganan. Dalam hal ini , tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

3. Cendikia

Dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar.

Contoh kalimat yang tidak cendikia : "Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual", makna "rumah sang jutawan yang aneh" mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawannya yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendikia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut :

- Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual

- Rumah sang jutawan aneh akan dijual.

4. Seragam

Penyeragaman bahasa, dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.

Contoh : Istilah yang dipakai untuk "pelayan kapal terbang" dianjurkan untuk memakai istilah "pramugara atau pramugari". Andai saja orang mengusulkan bahwa "pelayan kapal terbang" disebut "pembantu udara" dan penyerapan itu seragam, kata "pembantu udara" menjadi ragam baku. Akan tetapi kata tersebut sampai saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dimasyarakat adalah "pramugara dan pramugari".

b. Ragam Tidak Baku

Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar, ragam tidak baku banyak mengandung unsur-unsur dialek dan bahsa daerah sehingga ragam bahsa tidak baku banyak sekali variasinya. Ragam bahasa tidak baku di pakai dalam komunikasi sehari-hari yang tidak bersifat resmi

Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam Tulis

1. Ragam lisan : menghendaki adanya orang kedua sebagai teman bicara yang berada di depan pembicara.

Ragam tulis : tidak mengharuskan adanya teman bicara berada didepan.

2. Ragam lisan : unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang- kadang dapat di tinggalkan, karena bahasa yang digunakan itu  dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau                   intonasi.

     contoh : "Bu, berapa cabenya?"

                       "Lima belas."

                       " Bisa kurang?"

                       "Sepuluh saja, nak."

Ragam tulis : perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku,   majalah, dan surat kabar.

3. Ragam lisan : terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Apa yang dibacarakan secara lisan didalam ruang kuliah, hanya akan   berarti dan berlaku untuk waktu itu saja.

Ragam tulis : tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh penulis yang          ada di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris.

4. Ragam lisan : dipengaruhi oleh tinggi rendahnya, dan panjang pendeknya suara.

Ragam tulis : dilengkapi oleh tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

1. Ragam Sosial

yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Dimana dialeknya menggunakan ragam bahasa yang di tuturkan oleh orang tertentu, sehingga membedakannya dengan golongan masyarakat lainnya.

2. Ragam Fungsional

Disebut juga ragam fungsional yaitu ragam bahasa yang dikaitkan dngan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional menjelma sebagai bahsa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bhasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi (seperti istilah-istilah dalam ilmu komputer), kedokteran (seperi istilah-istilah dalam ilmu kedokteran), dan keagamaan.

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Pengertian benar pada suatu kata atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat ataun sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

Contoh :

Kuda makan rumput

Kalimat ini benar memenuhi kaidah sbuah kalimat secara struktur, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna.

Rumput makan kuda

Kalimat ini secara struktur juga benar, yaitu ada subjek (rumput). ada predikat (makan), dan ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang sebenarnya.

Sebuah makna dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukannya yang benar menurut kaidah yang berlaku.

Sebagai kesimpulan, yang di maksud dengan bahsa yang baik dan benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakainya.

Dibuat oleh : Nurbayu Susandra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun