Mati aku.
“Ayo maju.”
Aku berdiri dengan seribu keraguan tentang senyumku sendiri. Kakiku seperti tidak merasakan lantai keramik yang telah membuat semua biaya perkuliahan menjadi sangat mahal. Ufh aku semakin tidak bisa merasakan apa-apa ketika sudah berada di depan kelas. Di depan puluhan pasang mata.
“Jika seorang manusia tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi dalam dirinya, dia adalah orang asing bagi diri sendiri. Dan saya mohon, kenalilah diri anda dan jawab pertanyaan saya. Mengapa anda tersenyum?”
Aku tertindih dan terjajah atas tuduhan. Aku tersudut dan terpinggirkan oleh pandangan puluhan pasang mata. Aku menghembuskan nafas panjang untuk mengerahkan segala keberanian.
“Saya tahu mengapa saya tersenyum. Namun saya berhak untuk tidak mengatakannya pak.”
Wow! Jawabanku sangat berani. Aku sendiri terkejut dengan diriku sendiri. Dan wajah ganteng itu berkerut kening.
“Saya menghargai hak anda. Tetapi tolong jelaskan pada saya dimana batas-batas hak anda supaya saya tidak melanggarnya.”
Duh! Dosen ini jadi tidak ganteng lagi.
“Siapa nama Anda?”
Ahai, dia bertanya nama. Bertanya nama adalah bagian penting bagi seseorang yang ingin mengenal seseorang yang lain. Duh, terpaksa aku tarik lagi kesimpulanku, dia menjadi ganteng lagi.