Netraku tak lepas dari mereka, bocah kecil yang berlari kian kemari tanpa ada rasa lelah. Sudah lebih dua jam aku memperhatikan mereka, netraku tiada lelah sampai akhirnya salah satu dari mereka entah karena apa terkulai lemah tak berdaya, kakiku tanp komando berlari mendapatkannya.
"Sayang, bangun nak." Beberapa kali tanganku mengusap wajah kecil yang terkulai tanpa kesadaran
"Ada apa, apa yang terjadi? Elma, elma." Entah darimana sosok perempuan sebaya denganku mengambil alih yang berada dalam pelukanku.
"Ada apa dengan anak Saya?" Ucapnya sedih sambil menatapku
"Saya tidak tahu, tiba -- tiba saja dia jatuh ketika bermain bersama teman -- temannya." Ucapku memberi penjelasan.
"Mari saya antar ke rumah sakit." Â Ajakku spontan dengan wajah mengandung kecemasan tingkat tinggi tentunya.
Ajakkanku diterima, langkah kaki kami sama menuju mobil Alya yang selalu menemani kemanapun aku pergi.
***
Namanya Elma Safira, cantik secantik wajah imutnya apakah mirip Mamanya yang juga cantik ataupun mirip Papanya begitu dia berkata ketika sore tadi kami mengantarnya ke rumah sakit, yang entah karena apa sanggup membuatku menghapal jadwal bermainnya pada mall di kotaku. Pertemuan tidak disengaja sebulan yang lalu membuatku merasa langsung jatuh cinta kepadanya.
"Assalamualaikum." Suara yang sudah hampir empat tahun menjadi teman tidurku dalam menjemput mimpi indah.
"Walaikumsallam." Bergegas langkahku menjemputnya diambang pintu kamar.