Mohon tunggu...
Nur Annisah
Nur Annisah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang Abadi

24 Oktober 2017   18:52 Diperbarui: 30 Januari 2018   15:50 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya May, gue gak papa. Yuk kita berangkat" jawabnya berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Setelah jenazah Yudi dishalatkan, orang-orang serta keluarga Yudi segera menuju pemakaman untuk menguburkan Yudi karena hari sudah hampir sore. Nisa sudah tidak bisa menahan air matanya saat melihat tubuh Yudi yang dibalut kain kafan akan dimasukkan ke liang kubur, tempat peristirahatan Yudi yang terakhir.

Maya yang ada di samping Nisa berusaha menenangkan Nisa, "Lo kuat Nis, ikhlasin Yudi". Perlahan-lahan tanah menutupi tubuh Yudi, tangis Nisa sudah tak terbendung lagi. Yudi sudah benar-benar pergi.

3 TAHUN KEMUDIAN...

Hari Sabtu, hari yang tepat untuk bersantai namun tidak bagi Nisa. Hari ini dia akan pergi ke suatu tempat. TPU Asri. Ya, hari ini Nisa akan berziarah ke makam Yudi.

 "Hai, Yud. Kamu apa kabar? Gimana tempat kamu di sana? Pasti lebih indah dibanding di sini" ucapnya. Nisa kemudian membacakan doa untuk Yudi. Setelah berdoa, Nisa lalu berucap, "Aku kangen kamu, Yud", Nisa mulai menitikkan air mata sambil memegang nisan yang bertuliskan nama 'WAHYUDI'. Tak lama kemudian, Nisa beranjak dan berpamitan, "Yud, aku pulang dulu yah. Aku janji bakal sering-sering dateng ke sini" katanya lalu pergi.

Nisa tidak langsung pulang ke rumahnya tetapi ia pergi ke sekolahnya dulu. Sekolah yang mempertemukannya dengan Yudi, sekolah yang menjadi saksi bisu hubungan mereka. Sesampainya di sekolah, Nisa berjalan-jalan di sekitar area sekolah, mengenang kebersamaannya dengan Yudi. Saat sampai di taman sekolah, Nisa berhenti. Di sinilah tempat Yudi menyatakan cintanya kepada Nisa. 3 tahun sudah Yudi pergi karena kecelakaan yang merenggut nyawanya awal tahun 2013 lalu. Nisa tidak pernah menyangka Yudi akan pergi secepat itu. Dan yang membuat Nisa sangat terpukul adalah saat Nisa membatalkan janjinya untuk bertemu dan merayakan tahun baru bersama Yudi, Nisa baru sadar bahwa itu akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Yudi jika ia tidak membatalkan janjinya. 

Nisa sangat menyesal karena membatalkan janjinya saat itu dan lebih mementingkan acara bersama senior-seniornya. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, penyesalan itu baru datang ketika Yudi sudah tak ada. Pandangan Nisa terlihat kabur, tetes demi tetes jatuh. Nisa menangis lagi, tapi kali ini tangisan itu seperti menyimpan berbagai macam perasaan: sedih, penyesalan, rindu, marah semuanya bercampur jadi satu. Nisa menangis sejadi-jadinya, tidak akan ada orang yang mendengarnya. Setelah cukup lama menangis, Nisa pun beranjak dari taman dan pulang ke rumah dengan mata sembab. Tidak banyak yang bisa dilakukan Nisa, kecuali berdoa agar Yudi mendapat tempat terindah di surga. Meskipun nanti Nisa mendapat pengganti Yudi, rasa cinta Nisa tidak akan melebihi rasa cintanya kepada Yudi. Nisa sangat berharap suatu saat nanti dia bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Yudi. Nisa berjanji untuk tidak melupakan Yudi sebab Yudi adalah cinta pertama Nisa dan walaupun sekarang Yudi tidak akan pernah muncul di hadapan Nisa, Nisa tetap menganggap bahwa Yudi masih ada. Ya, Yudi memang masih hidup di hati Nisa, dia akan tetap abadi di sana. Selamanya. Meskipun hanya bayangan.

 

Hening malam ku sendiri

Bintang bulan kupandangi

Hari-hari kulewati

Kenangan indah denganmu

Masih terasa di hati

Rasa sedih tak bertepi

Tak ada

Cinta sejati di dunia ini

Mungkin, kau tercipta tuk pergi

Meski bayangmu di benak abadi

Saat ini dirimu telah pergi

Berdiri, menanti kau kembali

Bayangmu, kan abadi

Meski kau t'lah pergi

Di sini ku berdiri

Menanti kau kembali

(Kotak -- Bayang Abadi)

[Based on True Story]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun