Kapal yang digunakan oleh Amerika Serikat merupakan kapal terbesar di negaranya. Pada saat itu, Amerika Serikat tidak datang sendirian. Kapal yang dibawa Amerika Serikat dikawal oleh kapal yang dimiliki oleh Angkatan Laut Prancis dan juga Inggris. Mereka melakukan perlayaran melewati Selat Hormuz.Â
Dalam hal ini sudah kita ketahui bahwa Selat Hormuz ini merupakan akses yang sangat penting di Teluk Persia yang dilewati oleh kapal-kapal pengangkut sepertiga minyak di dunia (DetikNews, 2011). Pelayaran yang dilakukan oleh Amerika Serikat beserta mitranya itu ditujukan untuk memberi informasi bahwa Amerika Serikat memiliki tanggapan yang cekat dalam melawan Iran.Â
Dengan begitu, perbuatan yang dilakukan oleh Iran dan Amerika Serikat beserta mitranya ditujukan untuk memperlihatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki masing-masing negaranya. Tak hanya itu saja, perlayaran yang dilakukan itu juga ditujukan untuk memberikan pengaruh yang besar terhadap negara-negara lainnya.
Gunboat Diplomacy atau diplomasi kapal perang ini juga pernah dilakukan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Pulau Spartly. Konflik tersebut terjadi diantara beberapa negara yaitu Brunei, Filipina, Malaysia, Taiwan, Tiongkok, dan juga Vietnam.Â
Pada saat itu, kapal perang yang dimiliki oleh negara Tiongkok acap kali berada di dekat Pulau Spartly tersebut. Kemudian terjadilah kekakuan diplomasi diantara negara Tiongkok dengan negara-negara lainnya yang sedang berkonflik. Kekakuan tersebut terjadi ketika kapal-kapal yang dimiliki oleh negara Tiongkok kandas di kepulauan itu.Â
Selain digunakan di dalam menyelesaikan konflik Pulau Spartly, Gunboat Diplomacy ini bahkan pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sewaktu itu, pemerintah Indonesia melakukan pendekatan Gunboat Diplomacy Untuk menghadapi masuknya kapal-kapal nelayan dan juga kappa;-kapal yang dimiliki oleh prmerintahan negara China di Laut Natuna Utara.Â
Tak hanya mengirimkan lebih banyak kapal-kapal perang, pemerintah Indonesia juga melayangkan nota protes ke pihak pemerintahan negara China untuk mendesak kapal-kapal negara China agar menjauh serta meninggalkan kawasan Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) Indonesia (Pattisina, 2020).
Gunboat Diplomacy atau diplomasi kapal perang masih dianggap masih memiliki keefektivitasan oleh negara-negara yang memiliki super power, hal ini dikarenakan ancaman yang diberikan suatu negara terhadap pihak lawan ditutupi dengan adanya penampilan kekuatan militer.Â
Negara-negara tersebut bisa saja memenangkan peperangan dan memberikan pengaruh ke pihak lawan tanpa adanya peluru yang ditembakkan dan akhirnya tidak ada pertumpahan darah yang terjadi.Â
Pada era peperangan modern seperti saat ini, Gunboat Diplomacy masih sangat cocok untuk masa sekarang, walaupun kita ketahui bahwa di dalam aspek persenjataan telah mengalami kemajuan tekhnologi yang sangat besar seperti contohnya pertahanan jarak jauh yang terkadang tak memberikan pengaruh yang cepat dibandingkan kapal perang itu sendiri.Â
Meskipun begitu, namun Gunboat Diplomacy ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan yang dimiliki oleh Gunboat Diplomacy atau diplomasi kapal perang ini adalah tidak bisanya negara-negara lain membantu ataupun memberikan pertolongannya kepada negara-negara yang sedang diintimidasi oleh negara-negara yang memiliki super power.