2.Polarisasi
Polarisasi merupakan efek samping yang sering kali muncul dalam komunikasi politik, khususnya pada saat strategi kampanye terlalu fokus pada perbedaan. Polarisasi bisa memperkuat pendukung, namun memperbanyak perpecahan di masyarakat. Misalnya, pada saat Pemilu 2019 yang berlanjut sampai 2024, narasi politik sering terpisah antara pendukung kelompok tertentu, seperti "pro nasionalisme" dengan "pro reformasi."
Kekuatan polarisasi adalah kemampuannya menggerakan dukungan besar dalam waktu singkat. Strategi tersebut sering digunakan partai untuk mengonsolidasikan pemilih inti mereka. Namun, kelemahannya polarisasi berpengaruh untuk merusak harmoni sosial dan meminimalkan kualitas diskusi politik, karena lebih fokus pada emosi daripada substansi.
3.Kepercayaan Publik
Komunikasi politik bergantung pada kepercayaan publik. Orang-orang dan partai yang dianggap dapat dipercaya cenderung mendapatkan dukungan yang lebih besar. Kepercayaan dalam janji politik sering kali bergantung pada konsistensi antara janji yang dibuat dan janji yang dipenuhi.
Dukungan yang diberikan kepada tokoh atau partai tertentu dalam jangka panjang menunjukkan kekuatan kepercayaan publik mereka. Misalnya, keberhasilan Presiden Jokowi dalam merealisasikan sebagian besar janji infrastrukturnya telah meningkatkan loyalitas pemilih PDIP. Namun, kelemahannya adalah kepercayaan ini mudah hancur ketika terjadi skandal, ketidaktepatan janji, atau tindakan yang bertentangan dengan prinsip.
Bagaimana individu dan partai menangani masalah utama seperti personal branding, polarisasi, dan keyakinan publik menentukan kekuatan dan kelemahan komunikasi politik. Orang-orang dan partai dapat membangun hubungan yang kuat dengan pemilih ketika mereka menggunakan teknik komunikasi yang tepat. Sebaliknya, jika aspek-aspek ini tidak dikelola dengan baik, komunikasi politik dapat menjadi bumerang yang merusak reputasi mereka.
Teknik Komunikasi dalam Kampanye Politik
Pada kampanye politik, teknik komunikasi yang dipakai oleh tokoh politik dan partai politik mempunyai tugas yang sangat penting untuk membagikan pesan mereka kepada pemilih. Salah satu teknik yang sering dipakai adalah komunikasi persuasif, yang di mana para politisi berupaya meyakinkan pemilih untuk memilih mereka dengan memanfaatkan macam-macam jenis pesan yang rasional dan emosional. Media sosial di Indonesia menjadi penghubung utama yang dipakai untuk mempublikasikan pesan politik. Dengan memakai platform seperti Instagram, Facebook, Twiter dan YouTube, politisi bisa mendapatkan pemilih lebih luas, bahkan mereka yang tinggal di daerah terpencil sekalipun.
Pada sisi lain, teknik komunikasi dialog langsung seperti acara tatap muka dan debat publik masih dipakai oleh beberapa politisi untuk mengoptimalkan citra mereka. Teknik tersebut memberikan ruang kepada pemilih untuk lebih dekat dengan tokoh politik dan merasa lebih dipercaya untuk mendengarkan aspirasi serta pendapat mereka. Meski demikian, teknik tersebut seringkali terbatas oleh tempat dan waktu, jadi tidak dapat mempunyai pemilih sebanyak menggunakan atau televisi atau media sosial.
Efektivitas Pesan yang Disampaikan kepada Pemilih