Mohon tunggu...
Nur Alipah
Nur Alipah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang aktif di bidang desain grafis dan fotografi, dengan mempunyai ilmu komunikasi, saya mampu menyampaikan pesan melalui komunikasi visual.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Antara Janji Politik dan Strategi Partai

27 Desember 2024   11:12 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Media berperan penting dalam menjalin hubungan antara politisi, partai politik, dan masyarakat. Pada pemilu 2024, media sosial dan tradisional akan digunakan secara strategis untuk memperkuat citra, menyampaikan komitmen politik, dan memobilisasi pemilih.

Media sosial telah menjadi alat yang sangat efektif bagi politisi untuk menjangkau pemilih secara langsung tanpa memerlukan perantara. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan politisi menyampaikan pesan pribadi dan interaktif. Misalnya, Ganjar Pranowo aktif membagikan konten di TikTok untuk menarik perhatian pemilih muda, sedangkan Anies Baswedan menggunakan Instagram untuk mengkomunikasikan programnya secara visual. Strategi ini memanfaatkan sifat media sosial yang cepat dan mudah untuk menyebar secara viral.

Di sisi lain, media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar tetap menjadi andalan bagi partai politik untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama kalangan yang kurang akrab dengan teknologi digital. Misalnya, Prabowo Subianto sering tampil dalam wawancara televisi untuk membangun citra sebagai pemimpin tegas. Media tradisional juga dianggap lebih kredibel oleh beberapa segmen masyarakat, sehingga efektif untuk membangun kepercayaan.

Namun, setiap macam-macam media mempunyai kelebihan dan kelemahan, Media sosial mampu berinteraksi langsung, tapi mudah terkena penyebaran berita palsu dan polarisasi. Ketergantungan pada algoritma juga bisa membatasi jangkauan pesan. Sedangkan Media tradisional memiliki jangkauan luas dan peraturan yang lebih ketat, tapi kurang interaktif dan oleh generasi muda dianggap tidak relevan.

Menurut politisi dan partai, keseimbangan antara penggunaan media sosial dan tradisional sangat penting. Kombinasi antar keduanya memungkinkan pola atau strategi komunikasi yang merata, yaitu terdapat generasi muda yang aktif di dunia digital serta masyarakat yang masih mengedepankan media konvensional.

Efektivitas media dalam komunikasi politik bergantung pada konsistensi antara pesan yang disampaikan dan realitas yang dirasakan oleh masyarakat. Saat media dipakai untuk membangun citra yang tidak sesuai dengan kenyataan, rasa percaya pemilih bisa runtuh, hal tersebut dapat mengancam efektivitas strategi politisi dan partai dalam mendapatkan dukungan.

Kekuatan dan Kelemahan Komunikasi Politik

Komunikasi politik memiliki peran penting atau krusial untuk menciptakan opini publik, mempersuasi pilihan pemilih, dan menentukan hasil pemilu. Namun keberhasilan penyampaian komunikasi politik sering kali bergantung pada bagaimana politisi dan partai memanfaatkan kekuatan serta meminimalkan kelemahannya. Terdapat tiga aspek utama yang menentukan komunikasi politik yaitu, personal branding, polarisasi, dan kepercayaan publik.

1.Personal Branding

Personal branding adalah langkah untuk menciptakan citra diri seorang politisi agar sesuai dengan apa yang diharapkan pemilih. Pada Pemilu 2024, strategi ini terlihat dalam bagaimana cara tokoh politik besar seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan membangun narasi mereka. Misalnya Ganjar, beliau memperlihatkan citra "merakyat" dan dekat kepada generasi muda dengan sebuah konten ringan di media sosial. Di sisi lain, Prabowo menampilkan citra kepemimpinan yang nasionalis dan tegas dengan penampilan formal pada media tradisional.

Kekuatan personal branding terdapat pada kemampuannya membuat koneksi emosional antara tokoh polititisi dan para pemilih. Ketika politisi mampu dan berhasil menyampaikan kesan yang relevan, dukungan para pemilih akan meningkat. Namun, kelemahannya ada ketika citra yang dibust tidak sesuai dengan tindakan nyata. Misalnya, politisi yang menonjolkan citra sederhana tapi terlibat kedalam kasus yang bertentangan dengan nilai tersebut, maka kepercayaan publik akan hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun