Mohon tunggu...
Nuraisyah
Nuraisyah Mohon Tunggu... Lainnya - Almamater Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Stambuk 2017

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Animo Masyarakat dalam Konsumsi Jamu sebagai Obat Tradisional di Desa Helvetia, Deli Serdang

4 Agustus 2020   21:00 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:01 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hampir semua konsumen jamu tradisional beranggapan bahwa selain murah jamu tradisional mempunyai efek samping yang lebih kecil dari obat kimia, selain itu semakin banyaknya variasi obat tradisional yang ditawarkan lengkap dengan segudang khasiatnya jadi dapat dipastikan jamu tradisonal tidak akan luntur dari zaman ke zaman bagaimanapun modernisasi dan kecanggihan teknologi dibidang obat obatan.

Tidak melihat status ataupun kedudukan, jamu tradisional tetaplah ada di hati setiap konsumennya dengan berbagai latar belakang yang berbeda, dengan alasan dan tujuan yang berbeda jamu tradisional menjadi jalan alternati obat dari segala keluhan dan cara ampuh untuk mengurangi dampak dari keluhan yang di rasakan setiap konsumennya.

Kekhawatiran dari efek samping memang diakui bahwa jamu tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat kimia, tetapi perlu diperhatikan bahwa sekecil apapun efek samping tersebut tetaplah  ada untuk itu perlunya tindakan untuk meminimalkan jika msayarkat sebagai konsumen memperoleh informasi yang cukup yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan dan cara penggunaan . hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“benar ndok, bule’ membuat jamu harus dengan takaran yang benar selain menjaga khasiatnya juga menjaga rasa agar jamu tetap nyaman di konsumsi masyarakat untuk itu jamu di racik dengan takaran dosis yang tepat juga”[4]

Banyak jamu tradisional yang sudah dipasrkan melalui proses pabrikan dengan macam macam bentuk seperti pil, tablet, jamu serbuk, jamu cair dll. Yang bisa di minum dengan berbagai cara praktis lainnya. Tapi jamu tradisional yang masih dengan cara sederhana yang di cari masyarakat atau bahkan jika memang tahu takaran dan ukurannya masyarakat dapat membuatnya sendiri.

Mengutip dari salah seorang konsumen jamu tradisional yang mengatakan:

“ memilih jamu tradisional dengan jenis kunyit asam adalah obat paling baik untuk saya apalagi untuk para perempuan, banyak sekali mamfaat dari kunyit asam ini. Dengan saya rutin meminum jamau kunyit asam saya pikir sudah termasuk cara dalam melestarikan jamu , karena jika jamu terus ada yang mengonsumsi maka jamu tradisional akan terus ada tidak perduli jika kedepannya akan berunculan jamu-jamu modern selama peracik jamu tradisional terus meracik untuk para konsumen setianya.”[1]

Di perlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih jamu sebagai obat tradisonal mana yang sesuai dengan penyakit yang di derita dan jangan samapi obat tradisional yang digunakan malah mengancam kesehatan bahkan keselamatan masyarakat sebagai konsumen. Cara menggunakan jamu sebagai obat tradisional berbeda-beda tergantung kenyamanan masing-masing konsumen dan bentuk sediaan yang tersedia.

Dalam hal ini peran pemerintahan juga diperlukan sebagai wadah bagi masyarakat untuk mendapat infomrais seputar kesehatan dan penggunaan obat obatan, khususnya bagi masyarakat pengonsumsi jamu sebagai obat tradisional.

Kesimpulan

1. Hasil dari penelitian ini yaitu, pengobatan tradisional dengan meminum jamu tetap bertahan sampai dengan sekarang di karenakan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri. Hal ini karena yang menggunakan pengobatan jamu tradisional ini pun tidak hanya masyarakat kalangan ekonomi bawah saja, akan tetapi ada juga masyarakat ekonomi kalangan menengah sampai dengan kalangan atas juga tidak berbatas usia apalagi melihat dari status pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun