Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

For All Mommies Please Read Carefully

18 September 2023   16:42 Diperbarui: 18 September 2023   17:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kalangan momijen atau mommy netizen saat ini yang biasa diagung-agungkan menjadi role model adalah Jennifer Bachdim. Banyak sekali mommies saat ini yang merasa Mbak Jen ini adalah sebagai ibu yang terbaik yang bagus untuk dijadikan panutan. 

Hmm pada awalnya kalau saya sih merasa skeptis yaa, ah itu sih konten doang kali, di kehidupan nyata tidak seperti itu. Hal ini dikarenakan saya tahu menjadi ibu itu tidak mudah, apalagi dia anaknya ada 4 wah kalau saya sih udah jadi Thanos kayanya. 

Entah mengapa beberapa hari yang lalu tiba-tiba muncul podcastnya Mbak Jen ini bersama Melaney Ricardo di beranda Youtube saya, dari situ saya mendengarkan dengan seksama lalu mendapatkan beberapa insight yang bagus untuk para ibu disini.

Menurut Analisa saya ada beberapa hal yang menyebabkan Mbak Jen ini berhasil menjadi ibu terbaik versi momijen, hal ini diantaranya:


1. Purpose

Saya melihat bahwa menjadi ibu dan istri yang baik merupakan tujuan hidupnya. Jadi ketika ditanyai masalah uang, dia bahkan menyebut anak-anaknya tidak perlu menjadi kaya yang terpenting anak-anak bahagia. Ketika seseorang sudah menemukan tujuan hidupnya, tentunya dia akan selalu fokus dan mengerjakan tugasnya dengan bahagia.

Coba deh bayangin kalau mommies disini ingin ke mall dan mall tujuanya katakanlah ke Tunjungan Plaza. Saat sudah berada disana, mommies fokus untuk jalan-jalan di dalam mall tersebut, mulai dari belanja hingga makan. Tidak berandai-andai atau merasa harus ke mall lain bahkan tidak tergoda untuk jalan ke mall lain karena dirasa sama saja.

Perumpaan ini sepertinya pas ya untuk 'purpose' tadi. Mbak Jen ini saya rasa sudah ada di tujuannya yaitu menjadi ibu dan istri, dia hanya menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. 

Tidak terpikir untuk beralih menjadi wanita karir atau mencari kekayaan atau menjadi lebih terkenal, simply karena itu bukan tujuan hidupnya. Ketika sudah pada tujuannya, tidak heran kalo Mbak Jen ini benar-benar memberikan dan melakukan yang terbaik untuk menjadi ibu dan istri yang terbaik pula. Alih-alih merasa lelah, dia akan selalu ingat bahwa inilah tujuan utamanya

2. Disiplin

Mendengar pertanyaan Melaney tentang bagaimana sehari-hari Mbak Jen ini melakukan rutinitasnya, saya melihatnya dia begitu disiplin dalam pembagian waktu dan penerapan aturan. 

Misalnya, setelah pagi bangun dia menyiapkan sarapan, lalu setelah menyiapkan dan mengantar anak ke sekolahnya, dia tidak hanya mager golar goler di rumah lhoo mommies, dia bahkan setelah itu dia workout dan bekerja. Jadi dia membuat jadwal dan aturan yang jelas. 

Jadwal dan aturan ini saya yakini begitu konsisten ia lakukan dan terapkan juga kepada anak-anaknya sehingga tercipta rutinitas dan kedisiplinan juga untuk anaknya. Tak heran 2 anaknya yang sudah lebih besar sudah bisa mandiri contohnya bisa menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.


3. Passion

Hal ketiga yang saya yakini menjadi kunci sukses Mbak Jen menjadi panutan para mommies adalah dia mengerjakan pekerjaannya sesuai passion. Modelling dan olahraga sepertinya merupakan dua hal yang sangat ia sukai. 

Tak heran ketika dia begitu disiplin untuk workout ya karena memang dia menyukai olahraga. Bahkan ketika dia berkata bahwa saat ini suaminya tidak bekerja, dia berkata bahwa itu tidak masalah karena dia senang bekerja. Jadi dapat dikatakan bahwa dia bisa begitu produktif karena saat ini dia melakukan apa yang dia senangi.

Begitu pun mengapa aura positif begitu terpancar, saya yakin karena dia mengerjakan apa yang disukainya. Mulai dari ibu, istri, bahkan profesi yang dilakoninya saat ini. Ketika ia menghadapi kesulitan pun dia akan mencari cara untuk mengatasinya. Ketika dia mengalami kejenuhan juga dia akan berhenti sejenak lalu berusaha kembali dengan lebih baik.

4. Prioritas

Ketika menjadi ibu, hidup seorang wanita memang tidak akan bisa sama seperti dahulu sebelum menjadi ibu. Menjadi ibu juga berarti harus memilih prioritas mana yang didahulukan. Sama halnya seperti Mbak Jen ini yang begitu memprioritaskan keluarga. 

Dari podcast dengan Melaney contohnya ketika ditanya, saat menghadiri ultah seorang artis, mengapa dia tidak menyelesaikan pestanya namun sudah izin sebelum pestanya selesai, simply dia hanya menjawab karena saya harus menjemput anak di sekolah. Bayangkan untuk hal yang seperti itu saja dia benar-benar memprioritaskan keluarga, sesuai kan dengan poin 2 yang saya jelaskan yaitu disiplin juga, kali ini soal waktu.

5. Support system

Melihat dari poin 4 diatas, kok kesannya Mbak Jen ini gapunya social life yaa lebih prioritaskan anaknya, eh tapi jangan salah untuk social life dia mengaku memiliki beberapa teman yang sefrekuensi dan menjadi support system untuk dia. Menjadi ibu sangatlah membutuhkan support system yang baik. Mbak Jen ini berhasil menemukan support system walaupun dia merantau. 

Kuncinya adalah memperkecil lingkaran pertemanan namun memperdalam kualitasnya. Dia sering bercerita dengan teman-temannya lainnya sesama ibu. Tentunya tidak di caf atau hangout seperti sebelum jadi ibu ya cukup dengan bermain ke rumah temannya, anak-anak bisa bermain dengan anak temannya, dia pun bisa quality talk bersama temannya. Simpel namun sangat berarti.

Support system lainnya juga tak lain dari Suami dan keluarga, pembagian peran dan saling membantu merupakan hal yang sangat membantu ketika menjalankan peran sebagai Ibu. Bahkan ketika anak-anaknya sudah beranjak remaja juga bisa dijadikan support system untuk mengurus adiknya yang lebih kecil.

Dari contoh Mbak Jen ini sebetulnya ada beberapa inspirasi untuk para ibu yang bisa dilakukan diantaranya

1. You can't have it all in one time

Saya teringat ketika baru saja melahirkan, saya merasa I'm done. Ketika teman-teman kuliah master saya satu per satu berhasil menyelesaikan tesis dan wisuda, saya masih dalam bab niat. Ketika teman-teman trip buddy saya mulai share satu per satu foto terbaru traveliingnya, alhamdulillah traveling saya seukur beli popok ke supermarket. 

Ketika perempuan lainnya begitu percaya diri posting foto selfienya, saya merasa seperti gajah yang tidak ada bagus-bagusnya. Rasanya ga enak banget karena dulu sebelum menjadi Ibu kita merasa banyak sekali yang bisa diraih dan diperjuangkan. Ketika menjadi Ibu ini mau tidak mau kita harus memiliki prioritas yang jelas yaitu keluarga.

Kuncinya adalah 'you can't have it all in one time' . Jadi kita tidak bisa semuanya kita raih dalam suatu waktu tapi harus secara bertahap. Ketika anak sudah mulai bisa MPasi, saya mulai mengerjakan Tesis saya yang tertunda. Ketika anak saya sudah berhenti menyusu, saya mulai menjalani diet dan mulai mendapatkan berat badan ideal saya. Ingatlah, anak tidak selamanya kecil. Popok-popok sekali pakai pun nanti bukan lah kebutuhan pokok. Anak-anak akan sekolah dan menemukan temannya. Tidak perlu terburu-buru, you can have it all mom, but not in one time.

Ingatlah diluar sana banyak sekali yang menginginkan menjadi seorang Ibu namun tuhan belum mengizinkan. Kita yang sudah mendapatkan peran ini sudah tidak perlu mencari tujuan lain, cukuplah menjadi Ibu dan istri yang terbaik untuk keluarga kita.

2. Less is more

Ketika menjadi Ibu saya merasa less is more. Apa saja sih yang harus dikurangi? Menurut saya sih perlu mengurangi ambisi, keinginan, makanan, bahkan teman yang tidak perlu.

Dulu sih ya ada keinginan bahwa anak menjadi anak yang pinter yang segalanya perfect mulai dari makannya, tumbuh kembangnya bahkan sosial life nya. Sekarang anak sehat dan happy sudah cukup buat saya.

Dulu sih ada ya ambisi mengejar kuliah hingga S3 dan mendapatkan karir yang mentereng di kantor, sekarang sih cukup bisa gajian dan work life balance di kantor sudah cukup.

Dulu sih pengen yaa tiap tahun bisa traveling ke tempat baru dan mencoba sesuatu challenging misal seperti bungee jumping, sekarang sih cukup ya bisa earthing sama anak-dan suami dengan menghirup udara segar pegunungan .

Dulu sih yaa teman ada banyak, bisa nongkrong setiap hari, mau nongkrong, belanja, sampai nonton konser bisa selalu ada saja teman , sekarang cukup 1-5 teman namun saya yakini benar-benar bestfriend dan merupakan support system yang baik. Tidak perlu menghakimi dan selalu mendukung.

Dulu di lemari ga kehitung lagi deh berapa baju yang cuma 1-2x dipakai, bahkan baju-baju sebelum berhijab pun masih lho saya koleksi. Duluuu loh tapi sekarang selalu berprinsip ketika ada baju  yang baru berarti ada baju yang harus disumbangkan.

Dulu sih saya ga percaya kalau Less is More tapi sekarang saya benar-benar percaya.

Kenapa sih kok harus kurang-kurangi?

Kebayang kan mom kalo masih punya banyak ambisi, keinginan, bahkan teman yang mengganggu, yang ada kita terus membandingkan dan merasa tidak puas. Merasa cukup adalah kunci supaya kita tetap pada tujuan awal kita yaitu menjadi Ibu yang terbaik untuk anak kita.

3. Find your passion

Merupakan sebuah privilege bagi Mbak Jen bisa menjalani profesi dan pekerjaan sesuai passionnya. Bagi saya yang notabene orang biasa bekerja sesuai passion tentunya hanyalah isapan jempol belaka. Lalu bagaimana caranya find your passion? Menurut saya sih ada 2 ya, yang pertama adalah Do what you love. Kalau merasa masih bisa melakukan pekerjaan yang mommies senangi silakan mencoba pekerjaan tersebut. 

Sebetulnya ini lebih simpel dilakukan bagi mommies yang tidak berkewajiban mencari uang ya. Disela-sela kesibukan menjadi IRT, bisa loh menyelipkan pekerjaan yang disukai. Buat apa sih? Sebetulnya menurut saya itu akan menjadi kepuasan tersendiri untuk mommies. Misalnya deh mommies suka menjahit, coba disela-sela kesibukan sempatkan untuk membuat baju untuk si kecil. Ketika berhasil menyelesaikan hal tsb tentunya ada perasaan gembira bisa juga untuk menjadi achievement untuk mommies.

Cara yang kedua adalah love what you do. Cara ini lebih susah sebetulnya terlebih untuk para mommies yang bekerja dan sudah memiliki cicilan hahaha. Tapi saya menemukan cara bagaimana untuk kita bisa bekerja dengan lebih riang. Caranya adalah menemukan purpose atau tujuan mengapa saya harus bekerja? Jawabannya tentu bukan hanya untuk mendapatkan uang ya. 

Pertanyaan itu haruslah dijawab dengan berkontemplasi dulu, contohnya bekerja karena ingin menjadi contoh yang baik untuk adik-adik dan anak-anak. Ketika tujuan yang dalam itu ditemukan itulah "passion" . Ayoo yang belum nemu boleh loh mulai berkontemplasi . Pecayalah ketika ini sudah menemukan jawabannya bekerja akan merasa lebih ringan apapun rintangannya

4. Choose your hard

Menjadi ibu memang merupakan peran yang berat, namun disini kita bisa memilih 'hard' yang mana yang bisa kita jalani. Tentunya setiap 'hard' yang dipilih menimbulkan konsekuensi baik untuk hari ini ataupun di kemudian hari. Contohnya, saat anak mulai malas bangun pagi untuk sekolah, ada yang memilih untuk membiarkan karena merasa kasihan, namun bagi saya pantang anak saya bolos sekolah kecuali sakit. 

Walaupun perlu perjuangan untuk membujuk dan membangunkan setiap pagi namun tidak saya biarkan anak saya untuk membolos. Hal ini tentu 'hard' untuk saya tapi saya memilih untuk 'hard' saat ini daripada dikemudian hari anak saya terbiasa membolos. Intinya akan susah kan, mommies tinggal memilih saja mau susah yang mana.

Sama hal nya ketika mengajarkan anak saya makan. Ibu-ibu lainnya begitu rajin untuk memasak dan mencoba berbagai variasi makanan lain, sedangkan saat itu saya memilih untuk memberikan yang anak suka saja itu-itu saja karena saya malas untuk bersusah-susah masak hingga anak saya dulu pernah picky eater. Sulit bagi saya untuk mengenalkan makanan pada anak 2 tahun saya sedikit menyesal mengapa tidak dari anak saya usia 6 bulan saya lebih bervariasi memberikan MPasi untuk anak saya.

Jadi intinya jangan mau mudahnya saja ya mommies. Menjadi ibu sudah pasti susah namun yakinlah dengan memilih dengan bijaksana kesusahan ini nantinya yang dulunya susah akan berbuah manis.

Being a bad mother is hard, but being a good mother is hard also. Choose your hard mommies!

5. Healthy Marriage

Saat saya menghadiri acara graduation play group anak saya, ketua Yayasannya dalam sambutannya berkata bahwa pernikahan yang awet dan bahagia merupakan hadiah yang terindah yang dapat diberikan kepada anak. Begitu dalam pesannya namun benar adanya.  

Menjadi ibu yang baik tidak lepas dari healthy marriage. Seperti yang pernah saya bahas dalam tulisan saya sebelumnya, "what's your desirable relationship? bahwa pernihakan yang sehat yang memiliki tiga hal didalamnya yaitu affection, commitment dan passion.  Membangun pernikahan yang sehat merupakan akar untuk anak, ibu dan bapak yang bahagia.

Kurang lebihnya itulah ya mommies beberapa inspirasi menjadi ibu terbaik dari Mbak Jen. 

The only extreme sport I've ever done is motherhood. But I love it.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun