Mohon tunggu...
Nuraga Kita
Nuraga Kita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis adalah seni untuk mengekalkan diri

Suatu ruang untuk berbagi kisah, Cerita dan cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelas Kaca

12 Januari 2023   21:52 Diperbarui: 12 Januari 2023   22:01 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar gelas kaca via Pixabay 

Aku duduk manis di kursi meja makan, meringis melihat alat makanku yang bahannya plastik semua. Karena jika itu bahan kaca, maka mungkin bukan hanya nasinya yang habis tapi dengan piring-piringnya juga akan ikut habis di lantai.

"Mulai sekarang kamu makan di piring plastik, gelas sendok semuanya plastik. Paham?"

Aku mengangguk saja mendengar penjelasan ibu. Aku tidak tersinggung sama sekali dengan perlakuan ibu, mungkin ini bisa menjadi solusi dari permasalahan ku. Semoga saja. 

Aku dan ibu makan dengan tenang,sejauh ini aman. Tidak ada kekacauan yang aku lakukan.

"Anna izin ke kamar." Aku mendengar ibu hanya bergumam tidak jelas. Masih dengan tangan kiri di saku jaketku aku segera berdiri, menaiki tangga satu persatu menuju kamarku. Aku merebahkan diri di kasur empukku, mataku menatap langit-langit kamarku yang penuh dengan jenis origami. 

Itu aku yang membuatnya sendiri. Ternyata selain suka memecahkan barang,tanganku juga sedikit mempunyai bakat.

Pukul 16.45.rupanya tanpa sadar aku tertidur tadi.aku berdiri dengan lunglai menuju kamar mandi di kamarku. Setelah membasuh wajah aku segera turun kelantai bawah. Mungkin menonton tv bukan ide yang buruk.

"Anna ! Ibu tadi kepasar, dan membelikan kamu martabak, pergih ambil di meja makan." 

Wah martabak, ibu memang paling tau kesukaanku. Aku berlari menuju dapur dan mendapati sekotak martabak, aku tersenyum sumringah melihatnya.

Aku kembali bergabung bersama ibu dengan sekotak martabak di tanganku yang tengah menonton tv di ruang tengah. Tanganku asik mencomot martabak tapi mataku terarah pada layar televisi. Di rumah luas ini, aku hanya berdua dengan ibu, aku anak tunggal. Ayah meninggal saat aku baru menginjak bangku SMP. Dan sekarang aku sudah SMA, tepatnya Kelas XII SMA.

Sudah lama sekali....

Bersambung.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun