Aku tidak mengelak, karena itu memang benar adanya. Aku tidak paham,entah kesialan apa yang selalu ku dapat sehingga semua barang yang ku pegang akan hancur, terutama gelas kaca.
"Bersihkan itu, ibu mau lanjut memasak."Ibu pergi dengan wajah kesalnya. Aku tidak tega melihat itu, ibu hanya selalu memarahiku sebentar kemudian pergi dengan kekesalannya. Aku tau itu, karena ini bukan yang pertama kalinya.
Aku berjongkok dan membersihkan kekacauan yang ku buat dengan tanganku, tidak menggunakan sapu tangan atau menyapunya saja, karena aku suka saat.....
Darah menetes ke lantai.
Rasanya sakit, tapi menyenangkan di satu waktu. Anggap saja ini hukuman untukku yang selalu membuat ibu kesal.
Entah sudah berapa banyak barang kaca yang aku hancurkan dengan tanganku, dan sebanyak itu pula aku sengaja melukai tanganku. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibu.
Aku selalu mengatakan pada ibu." Tangan Anna tidak sengaja tergores."
Dan ibu selalu menjawab, "pakai sarung tangan Anna."
Setelah beres, aku mendengar suara ibu yang menyuruhku untuk makan. Aku menyembunyikan tangan kiri ku yang tadi terluka ke saku jaket yang tengah ku pakai. Ibu tidak boleh tau aku luka, atau nanti dia akan tambah marah.
"Anna ,ayo makan!"Â
"Iya Bu."Â