Mohon tunggu...
Nuraeny Hamid
Nuraeny Hamid Mohon Tunggu... Apoteker - Nuwi

Pharmacist, pengajar dan Ibu dari satu putra. Jatuh cinta dengan dunia literasi untuk terus bisa memanfaatkan diri tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Ujung Pena

8 Mei 2022   10:38 Diperbarui: 9 Mei 2022   06:16 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku, Nuwi,  janda satu anak, jatuh cinta dengan laki-laki yang usianya terpaut 10 tahun lebih muda dariku. Awalnya aku yakin, cinta kita itu benar adanya, dia memiliki perasaan yang sama. Pertemuan yang tanpa disengaja, kedekatan yang tak terencana, membuatku kembali jatuh di perasaan yang sudah terlupakan bagaimana rasanya.

Sampai di saat aku tertampar dengan keadaan, kalau kita berbeda. Namanya Govin. Dia membohongiku, dengan menggandeng perempuan lain dengan usia sebaya dengannya. Muda, cantik, karyawan sebuah Bank swasta di Jakarta. Lalu, pantaskah aku marah? Sementara tidak ada sisi baik yang aku punya. Status ini membuatku teramat buruk untuk bisa disandingkan dengannya, untuk bisa hidup dan bertahan bersama anaku saja, aku mengambil tiga pekerjaan sekaligus. Dalam satu hari, empat sampai lima lokasi harus dilewati.

Bangun tidur, mengecek jadwal dan daftar kegiatan yang harus aku jalani. Dimulai dari mengantar anak sekolah, kemudian lanjut ke lokasi 1, tempat kerja pertamaku sebagai karyawan sebuah toko. Jam istirahat, aku harus balik ke sekolah Ollyf --anak semata wayangku, mengantarkan bekal makan, lalu kembali ke lokasi 1. Jam 2 siang lanjut menuju lokasi 2, tempat kerja paro waktuku, mengajar di salah satu tempat bimbingan belajar. Pukul 15.30, aku kembali ke sekolah Ollyf untuk menjemputnya dan mencari tempat untuk kami makan bersama. Di saat itulah aku bisa mendengarkan cerita Ollyf seharian di sekolah. Setelah  makan, aku  mengantarkannya ke tempat les, kemudian kembali ke lokasi 2. Lokasi 3 adalah tempat kerja terakhirku, menjadi guru les private untuk anak-anak dari beberapa teman dekat.

Skedjulku padat, bukan? melebihi wanita karir. Bayangkan, dari sisi mana aku bisa lebih baik dari wanita itu? Status perkawinan, status sosial ekonomi, derajat kecantikan, tingkat kepantasan semua ada di bawah standar.

Suara telepon masuk memecah lamunanku.

"Yang, kamu di mana?" tanya Govin di ujung telepon.

"Di rumah. Kenapa?" jawabku masih dengan posisi terlentang di atas kasur dengan kaki menjuntai ke lantai.

"Katanya lokasi 1?"

"Aku gak enak badan, jadi ini masih tiduran."

"Hmmm, kamu kenapa?"

Aku terdiam, merasa tak penting lagi memberitahunya tentang kondisiku sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun