Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Harimau Jadi-jadian yang Menyeramkan

2 Desember 2023   05:09 Diperbarui: 7 Desember 2023   10:04 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi harimau jadi-jadian bermata merah (sumber: lindaschneider6.blogspot.com)

Jika berbicara tentang hal mistik, mungkin desaku termasuk ke dalam desa yang banyak menyimpan hal mistik. Hal ini tak lain dan tak bukan karena di desaku masih banyak ditemui hal-hal mistik.

Salah satu cerita mistik yang pernah terjadi adalah cerita tentang harimau jadi-jadian. Cerita ini terjadi saat aku masih berada di bangku sekolah dasar sekitar tahun 2003.

Aku tinggal di sebuah desa di kecamatan Rakit kabupaten Banjarnegara. Desaku terletak di ujung barat kabupaten Banjarnegara tepat berbatasan dengan kabupaten Putbalingga. Jika ingin pergi ke pusat kabupaten diperlukan waktu kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Saat kejadian ini berlangsung desa tempat aku tinggal merupakan daerah yang sangat sepi jika malam sudah datang. Apalagi jika jamaah isya sudah dilaksanakan di langgar-langgar. Selepas isya para orang tua sibuk bercengkerama di rumah masing-masing, sedangkan anak-anak sibuk dengan pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan.

Malam yang sangat sepi ini tak lain dan tak bukan dikarenakan gelapnya area perkampungan. Hal ini dikarenakan hampir tidak ada penerangan yang ada di jalan. Bahkan jarang ditemui rumah yang memasang lampu di halaman rumahnya. Lampu hanya digunakan di bagian dalam rumah, itu saja lampu bohlam yang cahayanya berwarna kuning kemerahan.

Bagaimana tidak, listrik masih terbilang mewah saat itu. Untuk 1 sikring (meteran listrik) biasanya digunakan untuk 1 sampai 2 rumah. Maka tak heran jika jarang rumah yang memasang lampu penerangan di halaman rumahnya.

Selain itu rumah-rumah dibangun menggerombol dan antar gerombolan diselingi kebun-kebun, terutama kebun kopi. Bisa dibayangkan bagaimana gelap, sepi, dan heningnya desaku saat itu.

Selain suasana malam yang gelap dan hening, kemistikan di desaku ini disebabkan masih ada beberapa orang yang mempunyai alat pusaka dan ilmu kanuragan kejawen. Bahkan, praktek perdukunan masih laris manis di sini. Keris yang butuh sajen untuk perawatannya pun masih dijumpai di beberapa rumah.

Salah satu praktek perdukunan yang laris saat itu berada tak jauh dari rumahku. Kebanyakan orang yang datang adalah mereka yang memiliki sakit, minta jodoh, jimat laris untuk jualan atau sekadar ilmu kanuragan yang dapat menjadikannya lebih kuat.

Suatu ketika datang seorang pemuda dari daerah Sumatera ke dukun tersebut. Ia bermasuk belajar ilmu kanuragan.

Usut punya usut ilmu kanuragan yang dimaksud ternyata adalah ilmu yang bisa mengubah wujud manusianya menjadi seekor harimau, atau biasanya orang-orang menyebut dengan istilah harimau jadi-jadian.

Selama beberapa hari pemuda tersebut terus sibuk belajar dengan sang dukun. Pagi, siang dan malam ia terus belajar bahkan jarang terlihat keluar dari rumah sang dukun. Hingga suatu malam, kejadian yang masih teringat dengan jelas dalam ingatan itu terjadi.

Selepas waktu isya ketika aku sedang berkumpul bersama dengan kakak dan sepupu di rumah Bulik (tante) terdengar suara yang menggemparkan. Samar-samar terdengar seperti suara rauman bak suara harimau dan beberapa orang yang menjerit dan berteriak. Kami pun segera keluar karena penasaran dengan suara yang tedengar.

Dengan sedikit mengendap-ngendap kami berlari menuju tembok rumahku untuk mengintip sumber suara. Di situ terlihat beberapa orang tua yang sedang bercakap-cakap dengan panik. Terdengar istri sang dukun berkata dengan penuh kekhawatiran.

"Kepriwe kiye, malah bocahe wis mlayu. Padahal urung diwarai carane mbalik dadi wong maneh. Mengko angger ilang ora balik maning kepriwe?"

("Bagaimana ini, anaknya sudah lari. Padahal belum diajari caranya kembali menjadi manusia. Nanti kalau hilang dan tidak bisa kembali lagi, gimana?")

"Anu kepriwe Yu?"

("Kenapa, Yu?". Yu adalah panggilan untuk perempuan yang lebih tua dibandingkan dengan orang yang sedang berbicara)

"Mau bocahe lagi jajal malih macan"

("Tadi anaknya sedang mencoba berubah menjadi harimau.")

Dari percakapan yang kami dengar tersebut seketika rasa penasaran dan ketakutan bercampur di dada kami yang sedang bersembunyi di balik tembok. Kami sangat penasaran dengan rupa harimau dari pemuda Sumatera yang telah lama kami lihat. Pun demikian kami juga takut jikalau harimau jadi-jadian tersebut akan menyerang kami.

Lama kami bersembunyi dan menunggu, menyaksikan para orang tua berlalu lalang dengan sedikit berlari mencari kesana-kemari. Tiba-tiba, Rina (bukan nama asli) adik sepupuku menjerit dengan sangat keras.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriaknya sembari matanya terbelalak tak berkedip ke arah pohon Rambutan besar di depan rumah Kakek.

"Ana apa Rin?"

(Ada apa Rin?)

Bukannya menjawab Rina malah terus menangis ketakutan. Sekelebat terlihat bayangan hitam yang sedang berlari menjauh. Mendengar jeritan Rina para orangtua berlari, sebagian menuju tempat persembunyian kami dan sebagian lainnya berlari mengejar bayangan hitam yang lari.

Tiga puluh menit pasca kejadian, para orang tua dan sang dukun telah berhasil menangkap pemuda Sumatera yang sedari tadi dicari. Sayangnya anak kecil tidak diperbolehkan mendekat, dikarenakan pemuda tersebut masih terlihat beringas meskipun sudah kembali dalam wujud manusianya. Hanya saja matanya masih merah menyala dan terbelalak, cukup menakutkan jika harus bertatapan.

Ia segera digiring ke salah satu sumur warga dan dimandikan dengan air yang ditimba langsung dari sumur. Kami pun tak tahu bagaimana kelanjutannya dikarenakan kami segera disuruh memasuki rumah masing-masing dan dilarang keluar lagi.

Esok harinya, berita tentang kejadian semalam segera menyebar di desa. Obrolan para ibu-ibu di warung dengan sedikit garam dan bumbu lainnya sangat berperan dalam menyebarnya cerita tentang kejadian tadi malam. Para bapak-bapak pun tak mau kalah, mereka membicarakannya dimana-mana.

Rina yang melihat wujudnya secara langsung menderita sakit selama satu minggu, efek dari ketakutan yang ia alami. Pemuda Lampung tersebut akhirnya juga tidak meneruskan proses belajar ilmu kanuragan tersebut. Beberapa hari pasca kejadian ia akhirnya kembali ke kampung halamannya di Lampung.

Meskipun saya tidak menyaksikannya secara langsung, akan tetapi rasa penasaran dan ketakutan serta rentetan kejadian malam itu benar-benar tersimpan rapi di kepala. Bahkan hingga saat ini saya tidak bisa melupakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun