Lama kami bersembunyi dan menunggu, menyaksikan para orang tua berlalu lalang dengan sedikit berlari mencari kesana-kemari. Tiba-tiba, Rina (bukan nama asli) adik sepupuku menjerit dengan sangat keras.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriaknya sembari matanya terbelalak tak berkedip ke arah pohon Rambutan besar di depan rumah Kakek.
"Ana apa Rin?"
(Ada apa Rin?)
Bukannya menjawab Rina malah terus menangis ketakutan. Sekelebat terlihat bayangan hitam yang sedang berlari menjauh. Mendengar jeritan Rina para orangtua berlari, sebagian menuju tempat persembunyian kami dan sebagian lainnya berlari mengejar bayangan hitam yang lari.
Tiga puluh menit pasca kejadian, para orang tua dan sang dukun telah berhasil menangkap pemuda Sumatera yang sedari tadi dicari. Sayangnya anak kecil tidak diperbolehkan mendekat, dikarenakan pemuda tersebut masih terlihat beringas meskipun sudah kembali dalam wujud manusianya. Hanya saja matanya masih merah menyala dan terbelalak, cukup menakutkan jika harus bertatapan.
Ia segera digiring ke salah satu sumur warga dan dimandikan dengan air yang ditimba langsung dari sumur. Kami pun tak tahu bagaimana kelanjutannya dikarenakan kami segera disuruh memasuki rumah masing-masing dan dilarang keluar lagi.
Esok harinya, berita tentang kejadian semalam segera menyebar di desa. Obrolan para ibu-ibu di warung dengan sedikit garam dan bumbu lainnya sangat berperan dalam menyebarnya cerita tentang kejadian tadi malam. Para bapak-bapak pun tak mau kalah, mereka membicarakannya dimana-mana.
Rina yang melihat wujudnya secara langsung menderita sakit selama satu minggu, efek dari ketakutan yang ia alami. Pemuda Lampung tersebut akhirnya juga tidak meneruskan proses belajar ilmu kanuragan tersebut. Beberapa hari pasca kejadian ia akhirnya kembali ke kampung halamannya di Lampung.
Meskipun saya tidak menyaksikannya secara langsung, akan tetapi rasa penasaran dan ketakutan serta rentetan kejadian malam itu benar-benar tersimpan rapi di kepala. Bahkan hingga saat ini saya tidak bisa melupakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H