Usut punya usut ilmu kanuragan yang dimaksud ternyata adalah ilmu yang bisa mengubah wujud manusianya menjadi seekor harimau, atau biasanya orang-orang menyebut dengan istilah harimau jadi-jadian.
Selama beberapa hari pemuda tersebut terus sibuk belajar dengan sang dukun. Pagi, siang dan malam ia terus belajar bahkan jarang terlihat keluar dari rumah sang dukun. Hingga suatu malam, kejadian yang masih teringat dengan jelas dalam ingatan itu terjadi.
Selepas waktu isya ketika aku sedang berkumpul bersama dengan kakak dan sepupu di rumah Bulik (tante) terdengar suara yang menggemparkan. Samar-samar terdengar seperti suara rauman bak suara harimau dan beberapa orang yang menjerit dan berteriak. Kami pun segera keluar karena penasaran dengan suara yang tedengar.
Dengan sedikit mengendap-ngendap kami berlari menuju tembok rumahku untuk mengintip sumber suara. Di situ terlihat beberapa orang tua yang sedang bercakap-cakap dengan panik. Terdengar istri sang dukun berkata dengan penuh kekhawatiran.
"Kepriwe kiye, malah bocahe wis mlayu. Padahal urung diwarai carane mbalik dadi wong maneh. Mengko angger ilang ora balik maning kepriwe?"
("Bagaimana ini, anaknya sudah lari. Padahal belum diajari caranya kembali menjadi manusia. Nanti kalau hilang dan tidak bisa kembali lagi, gimana?")
"Anu kepriwe Yu?"
("Kenapa, Yu?". Yu adalah panggilan untuk perempuan yang lebih tua dibandingkan dengan orang yang sedang berbicara)
"Mau bocahe lagi jajal malih macan"
("Tadi anaknya sedang mencoba berubah menjadi harimau.")
Dari percakapan yang kami dengar tersebut seketika rasa penasaran dan ketakutan bercampur di dada kami yang sedang bersembunyi di balik tembok. Kami sangat penasaran dengan rupa harimau dari pemuda Sumatera yang telah lama kami lihat. Pun demikian kami juga takut jikalau harimau jadi-jadian tersebut akan menyerang kami.