Rumah Mbah Minah adalah rumah yang nantinya akan dikunjungi Mba Pion. Pemilihan rumah Mbah Minah sudah melalui pemilihan yang ketat.Â
Alasan kenapa dipilih rumah Mba Minah adalah karena Mbah Minah adalah pekerja paling tua di perusahaan emas. Di usianya yang sudah mencapai kepala enam, ia masih bekerja sebagai cleaning servis di perusahaan. Selain itu, ia juga hanya tinggal dengan cucu semata wayangnya yang tahun kemarin menjuarai juara siswa teladan tingkat Kecamatan.Â
Acara diadakan saat hari libur perusahaan di lapangan desa. Beberapa tim sukses terlihat sudah siap sejak dini hari, bahkan ada yang sudah menginap dari hari sebelumnya.
Pukul 08.00 pagi Mba Pion sudah terlihat memasuki lapangan desa. Dengan kaos berwarna merah delima dan celana warna putih tulang ia berjalan dengan tegap tanpa keraguan. Ia naik panggung dan segera melambaikan tangan kepada seluruh calon penerima bantuan. Terlihat kamera dimana-mana. Mengambil gambar dengan seksama, agar semuanya terlihat nyata dan dapat menyakinkan para calon pemilih ketika melihatnya.
Setelah melakukan orasi dan membagikan sembako, sesuai dengan rencana Mba Pion bergegas menuju rumah Mbah Minah. Mobil warna merah sudah terparkir rapi di pintu keluar lapangan. Seorang ajudan membukakan pintu ketika Mba Pion sudah berada dekat dengan Mobil.
"Permisi, apakah benar ini rumah Mbah Minah?" Ucap Mba Pion sesampainya di rumah berdinding kayu dengan cat warna ungu.
"Iya, Mba. Mangga mlebet mawon Mba"
Mba Pion pun memasuki rumah tersebut diikuti dengan ajudannya yang membawakan paket sembako. Paket sembako tersebut terlihat lebih besar dibandingkan dengan paket sembako yang dibagi di lapangan. Terlihat dua orang fotografer ikut memasuki rumah Mbah Minah.
"Mangga lenggah Mba. Ngapunten, kursine boten empuk."Â
"Tidak apa-apa Mbah. Saya juga biasa duduk di kursi kayu kok Mbah."Â
Krieeeet...Â